Kabar24.com, JAKARTA - Sesuai rencana awal, ratusan perahu tradisional milik nelayan memenuhi Teluk Jakarta, Minggu, (17/4/2016).
Perahu-perahu itu mengepung salah satu pulau reklamasi yang berada di sebelah utara Pelabuhan Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara. Jaraknya kurang dari satu mil dari dermaga.
Perah-perahu nelayan itu dihias dengan berbagai macam bendera. Ada bendera Merah Putih dan bendera milik komunitas. Seperti milik Komunitas Nelayan Tradisional (KNT) atau bendera putih bertuliskan Walhi. Masing-masing juga menempelkan spanduk yang bermakna tolak reklamasi.
Perahu-perahu berangkat bersama-sama dari pelabuhan sekitar pukul 09.00. Sepuluh menit kemudian, kapal tiba di Pulau G. "Hidup nelayan!" sahut seorang nelayan ketika tiba di Pulau G. Nelayan lain membalas dengan suara lebih lantang lagi, "Hidup!" Tak hanya pencari ikan, istri dan anak mereka pun turut berlayar ke tempat itu.
Pulau ini masih kosong. Bentuknya seperti lingkaran. Tepinya terdiri atas pasir dan tanah yang merembes ketika diinjak. Lahan bagian lain, tanahnya bercampur dengan lumpur. Pulau ini juga seperti dibentengi tumpukan pasir yang menggunung membentuk setengah lingkaran. Tingginya sekitar empat meter.
Petugas keamanan yang berseragam pelampung jingga meminta nelayan tak berorasi di atas benteng itu. Namun, mereka tak bisa menghalau nelayan. Para pelaut ini pun melantunkan laguIndonesia Raya dan Maju Tak Gentar.
Prosesi penyegelan secara simbolis dilakukan pukul 10.12 WIB. Mereka menggunakan sebuah styrofoam berbentuk gembok raksasa bertuliskan "Disegel Nelayan".