Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia harus menjadi lebih adaptif dan mengurangi sikap over reaktif dalam menghadapi berbagai hal termasuk dalam menyikapi bocornya data dari Panama Papers.
Hal ini disampaikan oleh Dr. Rimawan Dosen Senior Fakultas Ekonomi UGM yang juga bagian dari Gerakan Anti Korupsi dalam acara Membedah Kontroversi Panama Papers dan Tax Amnesty yang diadakan oleh Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, bekerja sama dengan Bisnis Indonesia dan didukung oleh Gerakan Anti Korupsi (GAK),Garda Tipikor Indonesia, dan Indonesia Corruption Watch (ICW).
“Kita tidak pernah berubah, tidak punya antisipasi dan terlalu reaktif,” katanya, Selasa (12/4/2016).
Seperti dalam menyikapi bocornya data dari Panama Papers, menurutnya, Indonesia bersikap terlalu reaktif dan geger tanpa memikirkan lebih lanjut mengenai apa yang akan dilakukan.
Dia menyebutkan bahwa Panama Papers merupakan salah satu bentuk lain dari automatic exchange of information (keterbukaan informasi) yang rencananya akan mulai diterapkan di Indonesia mulai 2017.
Pada kesempatan yang sama, Sigit Pramono, Ketua Perbanas, mengatakan Indonesia harus bisa menganalisa dengan baik isi dari Panama Papers.
Menurutnya pendiri shell company merupakan orang-orang yang cerdik yang harus disikapi dengan benar. Jika tidak, akan sangat mudah bagi mereka untuk memindahkan dana yang mereka punya dan mendirikan perusahaan cangkang lainnya.
“Kita cuma melihat cangkangnya dan tidak ada dana di dalamnya,” katanya.
Beberapa nama dari Indonesia ditemukan dalam Panama Papers. Panama Papers sendiri berisi nama-nama mereka yang ditengarai mendirikan perusahaan cangkang atau perusahaan offshore untuk tujuan khusus.