Kabar24.com, KAIRO - Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengatakan negaranya telah menyelesaikan peralihan menuju pemerintahan demokratis setelah bertahun-tahun terjadi kekacauan sejak pemberontakan yang menjatuhkan mantan presiden Hosni Mubarak pada 2011.
Sisi membuat pernyataan pada hari Sabtu (13/2/2016) saat dia berbicara pada parlemen Mesir untuk pertama kalinya sejak dibentuk pada Januari. "Dari tempat ini, di bawah kubah parlemen, rakyat Mesir menyatakan kepada seluruh dunia bahwa mereka telah meletakkan dasar dari sistem demokrasi dan membangun kembali lembaga konstitusional," katanya.
Pidato yang datang sehari setelah protes publik skala besar jarang terjadi terhadap pemerintah Mesir, yang sebagian besar terdiri dari generalisasi dan daftar prestasi Mesir di bawah kekuasaan presiden.
Meski demikian, menurut para pengamat, pidato Sisi yang berlangsung selama setengah jam lebih banyak menyudutkan kepada para kelompok oposisi pemerintah.
Seorang aktivis mengatakan, sejak 2013, pemerintah Sisi telah memenjarakan lebih dari 40.000 orang di seluruh negeri. Hal ini juga diterapkan hukum yang membatasi protes jalanan dan tekan kebebasan, serta memberi kekuasaan besar kepada polisi.
Khalil al-Anani, profesor ilmu politik di Institut Doha untuk Studi Pascasarjana, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pidato Sisi itu tampaknya diarahkan sepenuhnya pada pendukungnya. "Saya tidak berpikir apa yang dia katakan hari ini akan terwujud dalam cara apapun, terutama ketika Anda berbicara tentang demokrasi dan kebebasan," kata Anani.
Dia menyebut itu hanya retorika Sisi. "Semua orang tahu bahwa Mesir tidak dengan segala cara di jalur yang benar untuk demokrasi. Dia [Sisi] mengakui ada kebencian terhadap dirinya dan pemerintahannya. Dia tahu bahwa dia tidak memiliki popularitas untuk meriah kekuasaan."
Sebelumnya, parlemen pemerintahan Mesir telah dibubarkan sejak 2012 oleh pengadilan tinggi Negeri. Lalu, kurang dari satu tahun sistem pemerintahan di Mesir mulai beralih menjadi pemilihan demokratis.