Kabar24.com, PADANG – Iklan rokok dinilai dikemas dengan bahasa sedemikian rupa sehingga mengesankan bahwa merokok bukanlah aktivitas yang berbahaya atau mengancam kesehatan.
Psikolog dari Universitas Andalas (Unand) Kuswardani mengatakan salah satu penyebab siswa merokok adalah iklan bertubi-tubi dengan pola komunikasi yang sangat profesional sehingga dikesankan rokok itu baik.
"Mereka menggunakan bahasa komunikasi tingkat tinggi yang disiapkan profesional sehingga muncul pesan rokok adalah sesuatu yang biasa, tidak lagi berbahaya, bahkan menjadi hebat," ujar Kuswardani seperti dikutip Antara, Minggu (8/11/2015).
Ia meyakini dalam membuat iklan rokok produsen membayar mahal konsultan agar anak masuk dalam jebakan tanpa berpikir bagaimana dampaknya.
Para produsen menyampaikan iklan dengan berbagai cara termasuk melalui humor sehingga tersimpan dalam fungsi kognitif.
Kuswardani melihat saat ini masyarakat belum benar-benar anti terhadap rokok, buktinya belum bersikap keras terhadap orang yang merokok.
Kampanye larangan merokok tenggelam oleh iklan rokok sehingga akhirnya bahaya merokok tidak sebanding dengan iklan ajakan merokok, katanya.
Apalagi iklan rokok menggunakan figur terkenal sehingga memberikan "efek positif" terhadap perokok agar nyaman, padahal informasi jauh berbeda dari sisi kesehatan.
Iklan tersebut dihubungkan dengan kedewasaan sehingga dalam pola pikir anak akan terbentuk kalau merokok sudah dewasa.
"Coba perhatikan kalimat-kalimat yang ada dalam iklan rokok tujuannya menghasilkan rangsangan yang terorganisir sehingga pesan yang muncul merokok tidak apa-apa," katanya.
Menurutnya salah satu kunci mencegah rokok pada anak adalah ada figur terdekat yang mengajarkan tentang bahaya rokok, namun hal itu akan sulit jika orang tua juga merokok.