Kabar24.com, JAKARTA - Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) akan membentuk konsorsium riset kebencanaan. Konsorsium itu dibentuk sebagai antisipasi sebelum ataupun ketika terjadi bencana.
Dalam konsorsium tersebut akan melibatkan para peneliti baik dari pendidikan tinggi maupun lembaga. Selain itu juga melibatkan pemangku kebijakan dalam pemerintahan, hingga ahli hukum.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menuturkan pembentukan konsorsium riset kebencanaan tersebut berkaca pada bencana kabut asap yang hingga saat ini belum reda sepenuhnya.
"Kejadian seperti kabut asap ini terjadi setiap tahun. Namun pascabencana belum pernah ada upaya jangka panjang, dan masing-masing pihak berupaya melakukan penyelesaian kebencanaan sendiri-sendiri. sehingga hasilnya tidak efektif. Karena itu perlu dibentuk konsorsium," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Kemenristek Dikti, Kamis (5/11/2015).
Mantan Rektor Universitas Diponegoro ini menjelaskan dalam konsorsium tersebut nantinya akan dilakukan penelitian yang mendalam dari berbagai bidang. Penelitian akan dikanalisasi, dan dilakukan oleh masing-masing lembaga yang sesuai pada bidangnya.
Mulai dari penelitian di ranah tata kelola air gambut, hutan, kesehatan, hingga teknologi pendukung yang perlu disiapkan sebagai antisipasi bencana.
"Ini yang selama ini tidak pernah dilakukan. Padahal kejadiannya setiap tahun. dan tahun ini yang dampaknya paling meluas ke daerah lainnya. Banyak sebenarnya penelitian yang dilakukan terhadap kajian ini, namun karena dilakukan masing-masing dan tidak terkonsorsium, akhirnya tidak dimaksimalkan manfaatnya," ucapnya.
Dengan melakukan riset yang terkoordinasi dengan baik dalam konsorsium tersebut, menurut dia, diharapkan antisipasi bencana dapat berjalan dengan efektif.
"Kalaupun bencana kabut asap kembali terjadi, dampak yang timbul dapat diminimalisasi,” jelasnya.