Kabar24.com, JAKARTA—Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menolak alasan Rusia bahwa pelanggaran yang dilakukan pesawat tempurnya di wilayah Turki sebagai ketidaksengajaan, dan menilai negara itu kian banyak mengirim pasukan darat dan angkatan laut ke Suriah.
Dengan kian gencarnya Rusia melakukan serangan udara termasuk ke wilayah kota kuno Palmyra, Presiden Turki Tayyip Erdogan menyatakan, dirinya telah kehilnangan kesabaran atas pelanggaran wilayah udara Negara itu.
"Serangan terhadap Turki berarti juga serangan terhadap NATO,” ujar Erdogan dalam satu konferensi pers kemarin waktu setempat sebagaimana dikutip Reuters, Rabu (7/10/2015).
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, Rusia tidak memberikan 'penjelasan sebenarnya' terkait pelanggaran yang berlangsung dalam waktu lama.
Rusia menyatakan pelanggaran pada hari Sabtu (03/10/2015) berlangsung selama beberapa detik dan dilakukan karena cuaca buruk. Negara itu mengatakan sedang memeriksa tuduhan pelanggaran tersebut.
Pasukan negara itu memulai serangan udaranya di Suriah pada hari Rabu (30/9/2015) dengan sasaran para milisi ISIS. Tetapi, NATO dan sekutunya menyatakan kekhawatiran bahwa Rusia memusatkan serangan pada kelompok-kelompok yang menentang Presiden Bashar al-Assad.
Sebagian dari para penentang Presiden al-Assad itu mendapat dukungan dari pihak Barat.