Bisnis.com, JAKARTA -- Pengamat dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra mengatakan Indonesia tahun 2045 sudah dapat diprediksi dari sekarang dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla 2014-2019.
Menurut Azra, satu abad kemerdekaan Indonesia merupakan masa yang tidak terlalu jauh dan juga tak terlalu panjang, hampir bisa dipastikan mengandung lebih banyak kontinuitas.
"Perkembangan Indonesia dari 2015-2045 masih banyak diwarnai upaya dan tarik menarik proses konsolidasi demokrasi. Sebagai proses konsolidasi demikrasi itu sangat dipengaruhi dinamika dalam kehidupan politik dan ekonomi," ujar Azra dalam seminar nasional kongres asosiasi ilmu politi indonesia (AIPI) di Widya Graha LIPI, Jakarta, Kamis (27/8/2015).
Komposisi kekuatan politik, tambahnya, baik pada lembaga legislatif dan eksekutif juga banyak mempengaruhi dinamika politik dalam negeri.
"Corak kepemimpinan nasional yang telah dihasilkan pada pemilihan presiden 2014,2019, 2024 dan seterusnya juga jadi faktor yang sangat menentukan bukan hanya perjalan politik Indonesia, tapi juga ekonomi, sosial dan budaya menuju 2045," tambahnya.
Azra juga menegaskan, bahwa dinamika politik sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi sepanjang 2015-2045. Menurutnya, jika kegaduhan politik saat ini berkurang dapat memungkinkan konsentrasi lebih besar pada peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia dimasa yang akan datang.
"Karena itu, pemerintahan Jokowi-JK perlu upaya keras untuk dapat menarik sebagian kekuatan politik ke pangkuannya. Tanda pendekatan itu sudah terlihat mulai ada meski tidak terlalu meyakinkan," tuturnya.
Pertumbuhan ekonomi, kata Azra, mesti disertai juga dengan peningkatan kesejahteraan rakyat, khususnya yang dibawah garis kemiskinan yang sekarang cenderung terus menerus meningkat jumlahnya.
"Jika Indonesia berhasil kembali meningkatkan pertumbuhan ekonomi tapi tidak disertai pemerataan keadilan ekonomi dan kesejahteraan ujungnya adalah meningkatnya gejolak ketidakpuasan masyarakat kelas bawah khususnya petani dan buruh," paparnya.