Kabar24.com, JAKARTA -- Berupaya memulangkan tersangka dugaan korupsi penjualan kondensat Honggo Wedratmo, kepolisian Singapura diharapkan tidak lupa jasa Bareskrim yang sukses menangkap pelaku teror pesawat Singapore Airlines beberapa waktu lalu.
Pernyataan itu disampaikan Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Brigadir Jenderal Pol. Victor Edison Simanjuntak menanggapi bagaimana upaya Bareskrim memulangkan Honggo ke tanah air.
Victor mencotohkan polisi Singapura pernah mengirim kabar ada peneror bom di Pesawat Singapore Airlines ke Bareskrim. Mendapati kabar tersebut, ungkap Victor, pihaknya langsung berhasil membekuk pelaku yang merupakan warga negara Indonesia.
"Singapura mengirim pemberitahuan ada seorang memberitakan bom di pesawatnya, tiga hari kita kita tangkap. Kita harap kerjasamanya juga [untuk pemulangan Honggo]," katanya di Bareskrim, Jakarta, Rabu (5/8/2015).
Seperti diketahui, bulan lalu, Ilham, diciduk Bareskrim setelah didapati mengirim pesan teror ke pesawat Singapore Airlines rute Singapura-Sydney. Atas perbuatannya itu, pesawat Singapore SQ-221 terpaksa menunda penerbangannya.
Tak berselang lama, Bareskrim membebaskan Ilham menyusul adanya jaminan dari pihak kampus dan keluarga. Selain itu, selama menjalani pemeriksaan pelaku bersikap kooperatif.
Saat ini, Bareskrim memiliki agenda di negara jiran itu untuk memeriksa bekas Dirut TPPI Honggo Wendratmo sebagai tersangka dalam kasus korupsi kondensat, pada Jumat (7/8/2015) pekan ini, serta berupaya memulangkannya ke tanah air.
"Sementara ini mengizinkan mereka [pemeriksaan]," katanya.
Sebelumnya, Honggo sudah diperiksa Bareskrim dengan status saksi. Namun ketika akan diperiksa sebagai tersangka, Honggo berdasarkan penuturan penyidik tiba-tiba jatuh sakit dan harus menjalani perawatan intensif.
Victor menyadari Honggo adalah warga negara Indonesia, tetapi Singapura memiliki undang-undang yang melindungi segenap warga negara di sana. Untuk urusan undang-undang tersebut, Bareskrim menghormatinya.
Sejauh ini, Victor melihat Honggo masih kooperatif menjalani proses hukum yang ada. Namun jika Honggo tidak bisa diperiksa, maka penyidik akan mengupayakan untuk menjemputnya.
"Akan kita upayakan semaksimal mungkin," katanya.
Sejak ditetapkan tersangka dalam kasus yang merugikan negara Rp2 triliun ini, Honggo berada di Singapura. Penyidik harus bertolak ke Singapura terlebih dahulu untuk memeriksanya.
Padahal, tersangka lain yaitu Raden Priyono dan Djoko Harsono sudah berkali-kali diperiksa di Indonesia, berkasnya ditargetkan rampung pada akhir bulan ini.