Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INSIDEN TOLIKARA: Presiden GIDI Nampik Larang Umat Islam Shalat Id

Presiden Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Dorman Wandikmbo menampik dugaan bahwa pihaknya melarang umat Islam di Kabupaten Tolikara, Papua menjalankan Salat Id pada Jumat (17/7) kemarin.
Kapolda Papua Irjen Pol. Yotje Mende./Solopos.com
Kapolda Papua Irjen Pol. Yotje Mende./Solopos.com

Bisnis.com, TOLIKARA - Presiden Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Dorman Wandikmbo menampik dugaan bahwa pihaknya melarang umat Islam di Kabupaten Tolikara, Papua menjalankan Salat Id pada Jumat (17/7) kemarin.

Dalam siaran pers Dorman menjelaskan  pihaknya hanya mengingatkan umat Islam di Tolikara untuk mematuhi surat pemberitahuan yang telah dilayangkan gereja dua minggu sebelum kegiatan dilangsungkan, yakni tidak menggunakan pengeras suara.

Pasalnya, lokasi Salat Id hanya berjarak sekitar 250 meter dari tempat dilangsungkannya sebuah seminar internasional yang dihadiri oleh pemuda dari Nias, Sumatra Utara, Papua Barat, Kalimantan (Dayak), Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan diperkirakan mencapai dua ribu orang pemuda GIDI.

(BACA JUGA: PRESIDEN JOKOWI: Ini Musibah dan Saya Minta Maaf)

Informasi tersebut, kata Dorman, telah diberitahukan dua minggu sebelum Idul Fitri. Namun, ia menilai sosialisasi terkait pengumuman tersebut oleh aparat keamanan kepada warga Muslim sangat minim. "Kami menilai, aparat kepolisian dan aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Tolikara tidak punya itikad baik untuk menjaga keamanan dan ketertibatan masyarakat Tolikara," katanya.

Dorman menilai minimnya sosialisasi menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusuhan kemarin. Ia menyayangkan hal itu bisa terjadi padahal Tolikara selama ini dikenal sebagai wilayah yang tingkat toleransinya sangat baik.

(BACA JUGA:Tokoh Papua Meminta Maaf)

"Toleransi umat beragama sejak puluhan tahun lalu di Tolikara, dan secara umum di seluruh tanah Papua sangat baik, dan paling baik di Indonesia," ujarnya.

Yang sangat disayangkan, kata Dorman, sebelum 12 orang dari GIDI selesai berdiskusi dengan jemaah Islam, aparat sudah mengeluarkan tembakan sehingga menyebabkan 12 orang tersebut menjadi korban.

"Jadi, amukan dan kemarahan masyarakat bukan disebabkan oleh aktivitas ibadah umat Islam, tetapi karena tindakan dan perlakukan aparat yang tidak membuka ruang demokrasi," katanya.

Ia juga menampik dugaan pembakaran musala oleh pemuda GIDI. Dorman mengatakan hanya kios yang dibakar dalam kerusuhan tersebut. Namun, dengan cepat kebakaran itu merembet ke musala yang terbuat dari kayu dan berlokasi dekat dengan kios serta rumah warga.

(BACA JUGA: TNI AD: Tidak Ada Korban Jiwa di Tolikara)

"Saya telah menasihati umat saya agar tidak melarang umat apapun, termasuk saudara Muslim untuk melangsungkan ibadah. Namun, ibadah harus dilangsungkan di dalam koridor hukum wilayah tersebut, dan juga mematuhi surat yang dikeluarkan demi keamanan dan ketertiban masyarakat," katanya.

Atas segala kerusuhan yang telah terjadi di Hari Raya Idul Fitri tersebut, Dorman mengucapkan maaf kepada semua warga muslim yang terganggu karena insiden tersebut.

Ia juga meminta kapolri dan panglima TNI segera mengusut tuntas insiden penembakan terhadap 12 warga gereja, yang menyebabkan satu anak usia sekolah meninggal dunia.

"Ini merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat, karena menggunakan alat Negara untuk menghadapi pemuda-pemuda usia sekolah yang tak datang untuk melakukan perlawanan atau peperangan," katanya.

(BACA JUGA:POLRI: Masyarakat Jangan Terprovokasi Kasus di Tolikara Papua)


Seperti diberitakan sebelumnya, kemarin terjadi serangan terhadap jemaah yang hendak melaksakan salat Idul Fitri di Tolikara, Papua. Penyerangan membuat jemaah Salat Id bubar. Penyerang kemudian membakar beberapa bangunan rumah dan kios yang ada.

Dalam upaya pengamanan, petugas menembak tiga orang pelaku penyerangan yang tidak mengindahkan peringatan petugas. Tiga orang tersebut kini menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Jayapura.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Suharsono menyebutkan  Gereja Injili Di Indonesia (GIDI)  mengedarkan surat edaran yang melarang umat muslim di Kabupaten Tolikara untuk melakukan aktivitas keagamaan.

"Iya dari GIDI. Bentuknya edaran," ujar Suharsono ketika dihubungi via telepon, Sabtu (18/7) yang dikutip dari CNN Indonesia.

Suharsono menuturkan, GIDI mengedarkan pemberitahuan soal menolak kegiatan Salat Id. "Ada edaran pemberitahuan soal menolak kegiatan salat Id," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : CNNIndonesia, ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper