Bisnis.com, PARIS -- Coty Inc, perusahaan pembuat parfum Calvin Klein dan Chloe asal AS, akan melakukan merger dengan unit usaha Procter & Gamble (P&G) senilai US$12,5 miliar.
Angka itu tercatat sebagai aksi korporasi terbesar di sektor kosmetik. Coty membeli saham pada unit usaha parfum, perawatan rambut, serta tata rias milik P&G. Aksi merger ini akan menjadikan Coty sebagai produsen parfum terbesar di dunia, melampaui L'oreal yang mengekor di posisi kedua.
Tak hanya itu, Coty juga akan tercatat sebagai produsen produk tata rias terbesar ke-3 di dunia setelah Estee Lauder asal Prancis. Perseroan akan mengelola merek parfum ternama seperti Gucci, Hugo Boss dan Dolce & Gabbana serta merek Cover Girl dan Max Factor.
Langkah tersebut sekaligus melipatgandakan ukuran perusahaan dengan capaian penjualan kumulatif menembus nilai US$10 miliar. Kesepakatan antara Coty dan P&G tercapai di tengah stagnansi pertumbuhan penjualan Coty dan upaya keras P&G untuk merestrukturisasi perusahaannya.
Nantinya pemegang saham P&G akan memiliki 52% saham pada bisnis baru hasil penggabungan kedua perusahaan sementara Coty memegang saham sebesar 48%. Namun, Kepala Divisi Kecantikan P&G Patrice Louvet takkan menjadi bagian dari entitas baru tersebut.
Sementara itu, pasar menanggapi rencana tersebut secara dingin. Saham Coty dan P&G masing-masing tergerus 4,6% dan 0,4%. Investor mempertanyakan keuntungan dari penggabungan besar-besaran itu.
"Kami mendapatkan pangsa pasar yang besar di seluruh dunia dengan akses ke negara seperti Brasil, Jepang, dan Meksiko," kata Ketua dan Direktur Eksekutif Coty Bart Becht, Jumat (10/7).
Analis memandang sederet produk kecantikan yang akan dibeli Coty akan menarik pasar dengan cukup baik di negara berkembang mengingat harganya yang relatif murah. Namun, Coty tetap harus menemukan strategi baru untuk mengungkit pertumbuhan di negara maju.
"Pembelian ini sangat transformatif bagi Coty, tetapi investor masih belum yakin tentang dampaknya terhadap kinerja," kata Direktur Eksekutif Conlumino Neil Saunders.
Menurutnya, saat ini pelaku pasar mengkhawatirkan tentang utang yang bakal ditanggung perseroan, simpanan yang relatif sedikit, dan mulus atau tidaknya transisi pascapembelian unit P&G.
Coty mengatakan aksi ini akan menghemat ongkos hingga US$550 juta, tetapi di sisi lain perusahaan juga akan menanggung utang unit bisnis P&G yang dikelolanya senilai US$2,9 miliar.
Rencana P&G
Langkah P&G menjual unit bisnisnya adalah bagian dari rencana restrukturisasi perusahaan. P&G hanya ingin berfokus pada merek-merek yang mencatatkan pertumbuhan tinggi. Perseroan mengatakan setidaknya pihaknya akan menjual setengah dari total merek dengan pertumbuhan lambat.
Divestasi 43 merek itu menghasilkan dana US$5,9 miliar atau sekitar 7% keuntungan P&G untuk tahun buku 2013-2014. Adapun, perseroan menargetkan transaksi dan transisi rampung pada paruh kedua tahun depan.