Bisnis.com, TUNIS - Kelompok keras Negara Islam (IS) mengaku bertangung-jawab terhadap serangan mematikan pada wisatawan asing di museum nasional Tunisia, yang menyebabkan 21 korban tewas, ketika pasukan keamanan menyisir tersangka.
Pihak berwenang mengatakan sudah mengenal jati diri dua tersangka, yang terbunuh setelah serangan pada Rabu (18/3/2015), mendorong seruan persatuan bangsa untuk menghadapi ekstrimis di tempat munculnya kekacauan di Arab.
Dalam pesan video yang disiarkan hari Kamis (19/3/2015), IS mengatakan "dua kesatria dari IS, bersenjata otomatis dan granat, membidik museum Bardo," di Ibu Kota.
Kelompok yang memiliki ratusan warga Tunisia di jajarannya, mengancam akan melakukan lebih banyak serangan. "Apa yang Anda lihat itu baru permulaan," katanya.
Pihak berwenang mengatakan sekitar 3.000 warga Tunisia telah pergi ke Irak, Suriah dan Libia untuk berjihad, sehingga meningkatkan kekhawatiran bila mereka pulang dan merencanakan serangan-serangan.
Kantor kepresidenan mengatakan bahwa pasukan keamanan telah menahan empat orang yang berhubungan langsung dengan operasi teror dan lima tersangka mempunyai hubungan langsung dengan sel tersebut.
Sumber di kepresidenan mengatakan baha tentara segera diberangkatkan ke lebih banyak kota, menyusul adanya serangan.
Sementara itu kekhawatiran mereka atas situasi terburuk di Tunisia sesudah serangan revolusi Presiden Beji Caid Essebsi mengatakan bahwa negaranya tidak akan disesaki oleh ekstrimis. "Proses untuk menerapkan sistem demokrasi sedang dijalankan dan berakar dengan baik," katanya kepada televisi Prancis TF1.
"Kami tidak akan melangkah mundur," katanya.
Pimpinan kelompok partai oposisi Islami, Ennahda, Rached Ghannouchi mengatakan, ia yakin bahwa "Rakyat Tunisia akan tetap bersatu menghadapi kebiadaban". []