Bisnis.com, BRASILIA-- Brasil kembali menaikkan suku bunga 0,5 persen poin ke level 11,75% setelah sebelumnya menaikkan 0,25 persen poin sesaat setelah Presiden Dilma Rousseff kembali terpilih akhir Oktober lalu.
Otoritas moneter berkukuh untuk terus melakukan pengetatan demi mengendalikan laju inflasi tinggi Negeri Samba. Langkah gubernur bank sentral Alexandre Tombini ini sesuai dengan prediksi ekonom yang disurvei Bloomberg danReuters.
Pengambil kebijakan memutuskan untuk menggunakan instrumen tingkat suku bunga selic untuk mengelola situasi moneter, bersamaan dengan langkah penghematan yang dilakukan pemerintah, ungkap pernyataan bank sentral yang dipublikasikan melalui situs resmi, Kamis (4/11).
Dengan kian tingginya suku bunga, bank sentral berharap inflasi akan segera mendekati target toleransi pemerintah yaitu stabil 2,5% - 6,5%. Adapun, per Oktober lalu inflasi Brasil berada di level 6,59% dan konsensus ekonomReutersmemprediksi inflasi November akan berada di level sama.
Para analis memprediksi inflasi akan melambat menjadi 6,3% pada Desember dan stagnan rata-rata 6,5% sepanjang tahun depan. Pada 2016 inflasi Brasil diprediksi akan menjadi 5,85%, lebih tinggi dari target Tombini 4,5% pada tahun yang sama.
Gap inflasi dan target inflasi masih cukup besar. Itu artinya, kebijakan fiskal dan moneter negara ini harus lebih ortodoks, kata ekonom Votorantim Ctvm Ltda, Guilherme Maia.
Inflasi tinggi memang menjadi kekhawatiran khusus Rousseff, dan bahkan menjadi kampanye utamanya saat kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu Oktober lalu. Inflasi kian menanjak saat Brasil menjadi tuan rumah World Cup 2014.