Bisnis.com, KUALA LUMPUR – Malaysia berencana merestrukturasi maskapai penerbangan nasionalnya, Malaysian Airlines System Bhd atau MAS, dengan cara de-listing dari bursa efek lokal.
Khazanah Nasional Bhd, perusahaan negara yang bergerak di bidang investasi, seperti dikutip Reuters, Rabu (2/7/2014), menganggap hal tersebut adalah langkah pertama dalam rangka restrukturasi besar-besaran terhadap kerugian yang dialami maskapai itu pasca tragedi hilangnya pesawat penerbangan MH370.
Menurut dua sumber yang diwawancarai Reuters, de-listing juga akan membuka jalan bagi Khazanah untuk menghidupkan kembali maskapai yang tengah sakit itu. Kemungkinan cara yang akan diambil antara lain dengan menjual mesin yang masih menguntungkan, memangkas gaji karyawan, hingga mengganti tim manajemen.
Berdasarkan kalkulasi Reuters, dengan harga per lembar saham hanya 21 sen, maka Khazanah sebagai pemegang saham terbesar MAS, hanya perlu menggelontorkan dana senilai 1,05 miliar ringgit Malaysia untuk mengakuisisi 30,6% saham yang dimiliki investor lain.
“Dewan Direksi Khazanah, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Najib Razak, akan mengadakan pertemuan pada akhir Juli 2014 untuk membahas rencana ini, Khazanah bekerjasama dengan CIMB Investment Bank untuk restrukturisasi ini, ” ujar salah seorang sumber yang dikutip Reuters.
Meskipun demikian, sumber tersebut menambahkan, rencana itu, beserta seluruh detilnya masih bisa berubah, bergantung keputusan akhir dari pemerintah Malaysia.
Terpukul oleh merosotnya penjualan tiket pasca hilangnya MH370 pada tanggal 8 Maret, perusahaan mengalami kinerja kuartalan terburuk dalam dua tahun pada periode Januari-Maret dan saat ini bergantung pada cadangan operasional. Sejak peristiwa tersebut, saham MAS telah jatuh 16%..
Reuters menghubungi telah pejabat terkait di MAS dan CIMB, namun mereka tidak kunjung menanggapi permintaan komentar. Sebelumnya, sudah ada upaya untuk restrukturisasi MAS namun mendapat resistensi dari serikat buruh.
Hal itu telah menghambat upaya maskapai untuk memotong biaya dan meningkatkan daya saing dalam menghadapi pesaing yang berkembang pesat, yakni operator murah seperti AirAsia Bhd dan maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia, lion Air.