Bisnis.com, JAKARTA - Wartawan investigatif asal Amerika Serikat (AS) Allan Nairn bersedia bertemu keluarga mantan Presiden Indonesia (alm.) Abdurrahman Wahid - kerap dipanggil Gus Dur - terkait dengan dugaan pernyataan diskriminatif Prabowo Subianto pada 2001.
Nairn adalah wartawan asal New Jersey, AS yang kerap meliput tentang kebijakan luar negeri AS di antaranya soal upaya demokratisasi di satu sisi, namun juga penyuplai senjata di sisi lainnya pada negara-negara tertentu. Nairn mewawancarai Prabowo pada 2001 di Jakarta, yang sempat menjabat Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat namun diberhentikan pada 1998.
"Media saat ini melaporkan keluarga Gus Dur menyatakan keinginannya untuk bertemu saya," kata Nair dalam blognya yang dikuttip Selasa (01/07/2014). "Saya sangat bersedia. Saya berharap kami dapat mengatur pertemuan tersebut."
Dia mengatakan, mengutip laporan media, Alissa Qotrunnada Munawaroh Rahman atau Allisa Wahid, menyatakan bahwa keluarga Gus Dur ingin berbicara kepada dirinya. Hal itu, sambung Nairn, terkait dengan komentar-komentar Prabowo,mengenai Gus Dur saat diwawancarinya pada 2001.
Dalam laporan blog 22 Juni, Nairn menyatakan Prabowo dalam wawancara tersebut, menyampaikan tentang masalah fisik Gus Dur saat itu. "Militer pun bahkan tunduk pada presiden buta! Coba lihat dia, bikin malu saja."
“The military even obeys a blind president! Imagine! Look at him, he’s embarrasing!”]
"Lihat Tony Blair, Bush, Putin. Mereka muda, ganteng—dan sekarang presiden kita buta!"
[“Look at Tony Blair, Bush, Putin. Young, ganteng (handsome) -- and we have a blind man!”].
Oleh karena itu, Nairn mengatakan dirinya berharap agar TNI tak menghalang-halangi pertemuannya dengan keluarga Gus Dur kelak. Hal itu terkait dengan rencana TNI untuk menangkap dirinya, beberapa waktu lalu.
Nairn sendiri pernah secara khusus datang ke Bisnis Indonesia pada 7 Februari untuk berdiskusi dengan awak redaksi. Tema diskusi pun tak berbeda yakni tentang pelanggaran hak asasi manusia (HAM), kebijakan luar negeri AS dan militer di Indonesia.
Dalam laporan sejumlah media, Prabowo melalui juru bicara kampanyenya membantah melakukan wawancara tersebut dan menyatakan Nairn memang memiliki hubungan tak baik dengan TNI. Selain itu, pernyataan Nairn dianggap sebagai bagian dari kampanye hitam yang dikoordinasi oleh sekelompok wartawan asing yang tak menghendaki Prabowo menjadi Presiden.