Bisnis.com, JAKARTA—Meski didera kritik dan sindiran dari sejumlah tokoh politik sejak ditetapkan sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan, elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi tidak surut.
Hal itu paling sedikit terungkap dari hasil survei yang digelar Indikator Politik Indonesia bertajuk Pro dan Kontra Pencalonan Jokowi di Mata Pemilih, yang memperlihatkan kritik negatif terhadap Jokowi ternyata tidak menyebabkan elektabilitas Jokowi menurun.
“Sebanyak 76% responden nasional setuju Jokowi diusung sebagai capres, sedangkan khusus untuk responden DKI Jakarta dukungan Jokowi menjadi capres sebesar 69%,” ungkap Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, dalam presentasi hasil survei tersebut, di Jakarta, Selasa (18/3/2014).
Dukungan terhadap pencapresan Jokowi ini disebabkan karena kinerja yang sudah dilakukan sebelumnya. Sebanyak 86% responden khusus di DKI Jakarta menilai kinerja Jokowi sudah baik. Selain itu, sebanyak 93% responden nasional bahkan lebih banyak lagi yang menilai baik kinerja Jokowi.
Indikator Politik Indonesia berkesimpulan bahwa masalah etis yang disuarakan oleh pihak yang tidak mendukung pencapresan Jokowi relatif kecil.
Responden beranggapan bahwa masalah-masalah di DKI Jakarta berkaitan dengan kebijakan di tingkat pemerintah pusat. Inilah yang membuat pemilih seperti memaklumi jika Jokowi maju sebagai capres meskipun baru 1,5 tahun menjabat sebagai Gubernur DKI.
Dalam survei juga disebutkan alasan mengapa Jokowi menjadi kandidat capres yang popularitas dan elektabilitasnya paling tinggi. Hal itu disebabkan karena rakyat menghendaki kriteria pemimpin yang jujur dan peduli terhadap rakyat, dan sebagian responden menilai Jokowi paling tepat dengan kedua kriteria tersebut.
Seperti diketahui, pencapresan Jokowi menuai pro dan kontra. Pihak yang keberatan misalnya berpendapat Jokowi baru menjabat sebagai Gubernur DKI selama 1,5 tahun, dan belum berhasil menuntaskan sejumlah persoalan di Jakarta.
Survei Indikator Politik Indonesia melakukan proses wawancara hingga analisis untuk survei itu sejak 18 Januari-2 Februari 2014. Metodologi survei dengan sampel basis 1.720 responden, perkiraan margin of error 2,4%, pada tingkat kepercayaan 95%.
Untuk kebutuhan analisis, dilakukan oversample di DKI sebanyak 330 responden, sehingga total responden DKI menjadi 400 responden dengan perkiraan margin of error 5%. Total sample secara keseluruhan adalah 2.050 responden.