Bisnis.com, JOHANNESBURG— Brasil, Rusia, China, India, dan Afrika Selatan mengantisipasi ancaman gocangan ekonomi akibat keberlanjutan tapering oleh The Fed.
Mantan Komite Regulator Perbankan China Liu Mingkang mengatakan pengurangan atas pembelian obligasi tersebut akan menimbulkan volatilitas cukup besar bagi negara di kawasan BRICS.
Seperti diketahui, The Fed mengumumkan pengurangan atas pembelian obligasi sebesar US$10 miliar pada Januari yang berpotensi mengurangi aliran dana segar ke negara lainnya. Keputusan tersebut diambil menyusul pemerintah Amerika Serikat mampu mengurangi angka pengangguran yang menandakan pemulihan ekonomi tengah terjadi.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich mengemukakan sinyal pengautan ekonomi AS tidak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
“Kita tidak melihat adanya indikasi penguatan ekonomi. Semua sinyal itu tidaklah berkelanjutan,” ungkapnya pada Kamis (23/1/2014).
Survei HSBC Holdings Plc and Markit Economics menunjukkan indeks manufaktur China mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam 6 bulan pada Januari 2014. Fakta tersebut mampu memicu resiko pada kegagalan produk investasi biaya tinggi dan meningkatnya biaya pinjaman.
Pemerintah Afrika Selatan memperkirakan ekonomi tumbuh 1,9% pada tahun lalu, mengindikasikan perlambatan sejak resesi 2009.
“Akan ada perubahan, tapi kami berharap perubahan tesrebut tidak akan mengejutkan banyak pihak,”tekan Menteri Keuangan Afrika Selatan Pravin Gordhan.
Sejak kepastian pengurangan obligasi oleh The Fed diumumkan, performa Rand Afrika Selatan anjlok 6% terhadap dollar. Data Bloomber mencatat performa Rand itu meraih rekor terburuk jika dibandingkan 16 mata uang lainnya.