Bisnis.com, LONDON--Setelah membuat gempar publik dunia karena tak segan menyadap sekutu pemerintahnya, National Security Agency (NSA) AS kembali membuat masyarakat internasional geram.
Kali ini disebabkan oleh terungkapnya sebuah dokumen yang berisi misi NSA yang menggunakan program bernama Dishfire, yang memiliki kemampuan menghimpun pesan singkat (sms) sebanyak 200 juta pesan/hari dari seluruh dunia secara acak dan kemudian mengekstraknya.
Dokumen yang berasal dari United Kingdom (UK) Government Communications Headquarters (GCHQ) itu menjabarkan bahwa GCHQ berkolaborasi dengan NSA untuk mengumpulkan informasi 'terlarang' itu.
Hal ini terungkap setelah dilakukan investigasi bersama oleh The Guardian dan Channel 4 berdasarkan bahan-bahan yang diberikan Edward Snowden.
Seperti dilansir the Guardian, Kamis (16/1/2014), Dishfire juga memiliki kemampuan untuk mengekstrak informasi tentang rencana penerbangan, buku telepon digital, dan sekian tranksaksi keuangan individu.
Dishfire juga didukung oleh program komputasi lain bernama Prefer, yang mampu menganalisis individu-individu biasa yang sebenarnya bukan target NSA dan GCHQ.
Prefer juga memiliki kemampuan untuk mengumpulkan sms dan panggilan internasional, rencana pertemuan lintas-batas negara, dan secara otomatis melacak kontennya.
Dokumen itu juga merilis, rerata kemampuan ekstraksi dua program NSA tersebut, yaitu:
• Lebih dari 5 juta panggilan gagal, yang digunakan untuk analisis rantai-kenalan (dengan mencari di jejaring sosial dari siapa dan kapan panggilan itu dilakukan),
• Detail dari 1,6 juta perjalanan lintas-negara,
• Lebih dari 110.000 nama dari kartu kredit dan ATM, yang kemudian diekstraksi menjadi gambar,
• Lebih dari 800.000 tranksaksi keuangan, via sms dan internet banking,
• Melacak lokasi dari sekitar 76.000 sms, termasuk pencarian rute di seluruh dunia.
• Informasi perjalanan yang memuat pemesanan oleh travel agent, hingga pembatalan dan penundaan.
Sebuah sumber di GCHQ mengatakan, operasi intelijen yang dikerjakan oleh Dishfire dan Prefer, yang telah dimulai sejak April 2011 itu, sudah sesuai dengan perundangan di Inggris Raya.