Bisnis.com, SURABAYA- Sejumlah hotel di Surabaya menaikkan harga jual makanan 10%-20% menyusul kenaikan harga rata-rata elpiji Rp3.959/kilogram untuk kemasan 12 kilogram.
General Manager Grand Darmo Suite Surabaya Zainul Arifin menuturkan porsi biaya gas berkisar 4%-5% dari total pengeluaran food and beverage. Meski kecil bila ditambah dengan biaya gaji dan bahan makanan, pergerakan penaikan harga gas cukup berpengaruh.
"Kami pertengahan bulan ini berencana penyesuaian harga jual layanan food and beverage sekitar 15%-20%," jelasnya, Jumat (3/1/2014).
Zainul menilai penaikan harga makanan tidak akan mempengaruhi minat orang menggunakan layanan hotel. Pasalnya, layanan kamar maupun pertemuan biasanya satu paket beserta makanan.
Terlebih, sambungnya, awal tahun tingkat keterisian dan penggunaan ruang pertemuan masih jarang. Sehingga kenaikan harga masih bisa diikuti pemerintah maupun korporasi yang kerap menggelar pertemuan selepas triwulan I.
Penaikan harga makanan juga dilakukan General Manajer Novotel Surabaya (Accor) Djulkarnain.
"Kami ada penyesuaian 10% sejak awal Januari untuk menu yang terpisah dengan layanan pokok," jelasnya.
Tekanan harga elpiji, sambungnya, mendorong manajemen berencana membeli gas alam untuk mengganti elpiji dan solar. Saat ini Novotel Surabaya sedang melakukan pembicaraan soal pemasangan instalasi dan pasokan dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Hotel yang telah menggunakan gas alam seperti Garden Palace tak begitu terdampak kenaikan harga elpiji.
"Kami tak terlalu terpengaruh [kenaikan elpiji] karena sudah pakai gas alam," jelas Setiawan Nanang, Marketing Communication Manager Garden Palace Hotel.
Pertamina per 1 Januari menaikkan harga elpiji kemasan 12 kilogram rata-rata Rp3.959/kilogram. Penaikan itu menyebabkan harga semula Rp75.100 - Rp78.600 per tabung menjadi Rp122.800 – Rp126.200 per tabung.
Kenaikan harga bervariasi berdasar titik distribusi masing-masing daerah. Pertamina Operation Region V mencatat sepanjang 2013 konsumsi elpiji 12 kg di Jatim sebesar 94.545 metrik ton dan didistribusikan 443 agen di Jawa Timur. (Peni Widarti)