BEIJING — Riset HSBC Holdings Plc dan Markit melaporkan indeks pertumbuhan manufaktur China berada pada level 50 atau terendah dalam tiga bulan terakhir. Penurunan tersebut disebabkan oleh anjloknya produksi dan angka bekerja.
Indeks Purchasing Managers (PMI) HSBC dan Markits tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan November yakni 50,8. Padahal, rata-rata prediksi 11 analis yang survei Bloomberg berada pada level 50,9. Indeks di atas 50 mencerminkan adanya ekspansi usaha.
“Data tersebut menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi China mengalami perlambatan,” ujar Dariusz Kowalczyk, ekonom senior dan strategi Credit Agricole CIB di Hong Kong, Senin (16/12).
Menurutnya, hal itu menunjukkan China—sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia—masih rentan terhadap perlambatan. Di samping itu, pelemahan saham perusahaan di sektor manufaktur memperpanjang kerugian negara tersebut.
Hal ini, menurut Kowalczyk, diyakini akan mendorong Presiden Xi Jinping segera melakukan perubahan kebijakan dengan mengurangi utang pemerintahan lokal dan menekan kelebihan kapasitas industri dalam negeri.
“Indeks pertumbuhan manufaktur ini tidak boleh ditafsirkan secara berlebihan,” imbuh Kepala Ekonom UBS AG China Wang Tao. Menurutnya, PMI itu didapatkan dalam kurun waktu yang cukup sempit, karena jika diprediksi secara keseluruhan pertumbuhan PDB pada 2014 mencapai 7,6%. (Bloomberg/67)