Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Iming-Imingi Hadiah US$10 Juta untuk Pelaku Serangan di Benghazi

Departemen Luar Negeri AS secara diam-diam telah menawarkan hadiah US$10 juta bagi siapa saja yang dapat melacak pelaku serangan ke Kedutaan Besar Amerika Serikat di Benghazi, Libya, pada September 2012 lalu.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, WASHINGTON - Departemen Luar Negeri AS secara diam-diam telah menawarkan hadiah US$10 juta bagi siapa saja yang dapat melacak pelaku serangan ke Kedutaan Besar Amerika Serikat di Benghazi, Libya, pada September 2012 lalu.

Seperti dikutip Reuters pada Sabtu (16/11/2013), penawaran hadiah tersebut diketahui melalui surat yang ditujukan kepada anggota parlemen yang berisi Menteri Luar Negeri AS John Kerry yang mengatakan pemerintah AS telah menawarkan hadiah untuk siapa saja yang dapat melacak aksi tersebut.

"Sejak Januari tahun ini, tersedia hadiah US$10 juta, untuk informasi yang mengarah pada penangkapan atau pemberian hukuman bagi pelaku serangan di Benghazi pada September 2012 itu," ujar pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, seperti dikutip Reuters, Sabtu (16/11/2013).

Dalam pernyataan itu juga disebutkan pemberian hadiah itu tidak langsung diumumkan, karena alasan keamanan dan penyelidikan terhadap insiden yang menewaskan duta besar dan 3 orang diplomat Amerika Serikat itu.

Amerika Serikat memang memiliki mekanisme pemberian hadiah untuk hal seperti itu dengan sebutan Rewards for Justice (RFJ). Pemanfaatan mekanisme RFJ itu sendiri tidak mensyaratkan publikasi untuk mengumumkannya.

Seperti diketahui, sekelompok pasukan bersenjata menyerbu perwakilan Amerika Serikat di timur Benghazi pada 11 September 2012. Selain itu, kantor perwakilan CIA juga ikut diserang dengan mortir dan roket.

Dalam insiden itu, Duta Besar Amerika untuk Libya Chris Stevens, tewas bersama tiga staf diplomatik yang bersamanya, yakni Sean Smith, Glen Doherty, dan Tyrone Woods.

Stevens merupakan diplomat pertama Amerika yang tewas saat bertugas, dalam tiga dekade terakhir. Serangan itu diduga terkait dengan reaksi atas pemutaran film anti-Muslim yang diputar di Amerika dan memicu gelombang protes dari Timur Tengah.

Hingga kini, FBI dan otoritas keamanan Libya belum mampu menangkap satupun pelaku serangan itu.

Serangan itu juga ikut dijadikan salah satu isu untuk menyerang Presiden Barack Obama. Sampai saat ini, pihak Republik yakin ada konspirasi Pemerintah Amerika Serikat dalam serangan itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lili Sunardi
Editor : Sepudin Zuhri
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper