Bisnis.com, JAKARTA - Waspadai pneumonia. Penyakit infeksi saluran pernafasan yang mempengaruhi paru-paru ini menjadi penyebab utama kematian anak balita di Indonesia.
Dalam sehari ada 416 balita wafat, atau setiap 4 menit satu bayi yang meninggal dunia.
Berdasarkan hasil Survei Demokrafi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) 2012 yang dilakukan BPS, BKKBN, dan Kemenkes, pneumonia dan diare, disebut sebagai pembunuh nomor satu pada anak-anak dibawah usia lima tahun.
Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, juga menunjukkan hal yang sama. Yaitu angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi adalah 2,2 % dan balita 3%, sementara angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan balita 15,5%.
Persentase pneumonia pada 2010 masih tinggi, yaitu sekitar 38% dari seluruh penyakit pada 2010.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2013, pneumonia menjadi penyebab kematian terhadap sekitar 1,2 juta anak setiap tahunnya. Dapat dikatakan setiap jam ada 230 anak meninggal karena pneumonia. Angka ini adalah 18% dari jumlah kematian anak balita di seluruh dunia.
Secara global, perhatian pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat terhadap pneumonia ini masih kurang, sehingga penyakit ini oleh WHO disebut dengan Forgotten killer in children.
Keprihatinan terhadap kematian anak yang disebabkan oleh pneumonia, telah mendorong banyak negara di dunia untuk memberikan perhatian yang lebih. Dan sejak 2009, dicanangkan World Pneumonia Day (Hari Pneumonia Se-dunia) setiap 12 November.
Di Indonesia, rangkaian kegiatan peringatan Hari Pneumonia Sedunia 2013, dilakukan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bekerjasama dengan berbagai pihak. Tema yang diusung Kenali dan Lawan Pneumonia - Pembunuh Balita No. 1 di Indonesia.
Ketua Umum IDAI Badriul Hegar, mengajak semua pihak berperan aktif dalam melawan pneumonia.
"Data dari Unicef mengenai kematian anak balita di Indonesia, menunjukkan bahwa pada 2012, 14% kematian balita atau berkisar 21.000 anak meninggal karena pneumonia. Oleh karenanya semua pihak perlu untuk memiliki kesadaran atau awareness, dan pengetahuan yang baik terhadap penyakit ini," ujar Badriul dalam diskusi menyambut Hari Pneumonia Sedunia 2013 di Jakarta, Jumat (8/11).
Menurut dia, melalui kesadaran dan pengetahuan akan bahaya pneumonia, apa saja yang menyebabkannya, bagaimana cara penularan, faktor risiko, serta bagaimana mencegah dan mengobatinya, maka upaya untuk melawan pneumonia ini akan lebih baik, dan akan lebih banyak lagi anak Indonesia yang bisa diselamatkan.
"Sebab, pada dasarnya penyakit ini dapat dicegah dan disembuhkan. Kesuksesan misi melawan pneunomia ini, memerlukan kerja sama semua pihak, atau semua pemangku kepentingan. Baik itu para praktisi dan profesional kesehatan, kalangan pendidik, pihak swasta, masyarakat umum, juga pemerintah," ujarnya.
Menimbulkan infeksi
Prof. Bambang Supriyatno dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, dan
Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI, mengatakan pneumonia disebabkan oleh berbagai hal yang dapat menimbulkan terjadinya infeksi, termasuk didalamnya adalah bakteri, virus dan fungi parasit.
Dia menjelaskan dalam kebanyakan kasus, penyebab utama pneumonia pada balita adalah bakteri. Paling sering ditemukan adalah bakteri streptococcus pneumonia, bakteri lain adalah haemophilus influenza type b atau Hib. Penyebab lainnya yang tidak terlalu sering ditemukan adalah berasal dari virus, jamur, ataupun parasit.
Prof. Bambang juga menjelaskan pneumonia dapat ditularkan melalui beberapa cara. Kuman yang secara normal biasa ditemukan pada hidung dan tenggorokan, dapat mempengaruhi paru-paru jika kuman itu tersedot. Penularan juga bisa terjadi melalui udara lewat percikan ludah pada saat bersin, batuk ataupun berbicara.
Hasil penelitian dan publikasi ilmiah, katanya, menunjukkan berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian (morbiditas) dan kematian (mortalitas) akibat pneumonia.
Diantaranya umur balita, kondisi medis seperti sakit bawaan dan ketahanan tubuh termasuk asplenia, sakit jantung, liver, kanker, diabetes, peminum alkohol dan perokok kronis, serta kondisi lingkungan padat, polusi dan tingkat ekonomi yang rendah.
Prof. Cissy B. Kartasasmita dari UKK Respirologi IDAI, dan dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-UNPAD / RS Hasan Sadikin Bandung menambahkan ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit ini.
Misalnya para ibu memberikan ASI ekslusif untuk meningkatkan antibodi anak, dan memastikan bahwa anak cukup mendapat gizi sesuai dengan kebutuhannya, memberi vitamin A yang dapat membantu dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh balita.
Selain itu banyak hal lain yang kelihatan sederhana tapi juga dapat berperan, seperti menerapkan etiket saat batuk dan bersin dengan menutup mulut, tidak lupa menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan menggunakan sabun, untuk menghindari kemungkinan penyebaran kuman. Jauhi merokok yang merusak pertahanan alami paru-paru, serta lakukan pola makan yang sehat, cukup istirahat dan olahraga yang akan membantu menjaga sistem kekebalan tubuh.
"Gejala pneumonia ini bervariasi. Tapi secara umum adalah demam, batuk, napas cepat, napas sesak berupa tarikan dinding dada ke dalam, napas memburu dan berat," ujarnya.
Karena itu, lanjutnya, jika menemui kondisi anak yang sulit bernapas atau bernapas sangat cepat, dan bibir kebiruan segera hubungi dokter untuk penanganannya.
"Walaupun pneumonia dapat diobati dengan memberikan antibiotika dosis tinggi, tapi perlu diingat bahwa resistensi kuman terhadap antibiotik juga meningkat. Karenanya vaksinasi diperlukan, sebagai tindakan pencegahan, seperti halnya vaksinasi terhadap pneumonia seperti (DPT, HIB, Campak, dan Pneumokokus)," ungkap Prof. Cissy.