BISNIS.COM, JAKARTA—Naiknya harga BBM membuat beberapa pihak curiga dengan kontrak pembelian minyak di dalam negeri, setelah harga yang disepakati lebih besar dari harga pasaran minyak dunia, disinyalir adanya jaringan mafia minyak.
Faisal Basri, politikus dan pengamat ekonomi Indonesia mengatakan masyarakat harus mengetahui hal ini, dimana Indonesia membeli minyak yang lebih mahal dari harga pasaran dunia. Hal itu secara tidak langsung berimbas pada anggaran negara dan jumlah subsidi.
“Saya curiga ini terjadi karena memang terdapat mafia minyak di Indonesia,” ujar Faisal pada diskusi “Polemik: BBM Naik, Siapa Tercekik?” di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (22/6/2013).
Dia menambahkan, saat ini harga minyak mentah West Texas Intermediate tidak sampai US$100 per barel. Namun Indonesia malah memilih membeli Brent yang nilainya hingga US$102 per barel, hal itu sangat mencurigakan dan berbau penyimpangan.
Kecurigaan adanya mafia di Petral muncul ketika penawaran dari trader The State Oil Company of the Azerbaijan Republic (SOCAR) untuk minyak mentah jenis Azeri yang kalah oleh penawaran trader PTT Thailand.
Padahal SOCAR adalah perusahaan patungan antara pemerintah Azerbaijan dan swasta dengan komposisi kepemilikan 75% dikuasai negara dan 25% milik swasta.
Dengan demikian karena SOCAR adalah milik negara maka seharusnya tak perlu lagi melewati proses tender tapi melalui hubungan dagang antar pemerintah.
Adapun sesuai ketentuan pasal 4, pasal, 5, dan pasal 6, PP No. 15/ 2013 tentang harga jual eceran dan konsumen jenis bahan minyak tertentu, penyesuaian harga BBM bersubsidi telah ditetapkan, bensin premium Rp6.500 per liter, minyak solar Rp5.500 per liter. (ra)