BISNIS.COM, ABU DHABI—Menteri Luar Negeri Perancis menghalangi Iran berpartisipasi dalam konferensi perdamaian internasional untuk Suriah, karena Teheran dinilai terlibat dalam konflik Suriah dan tidak memiliki hasrat untuk perdamaian.
Laurent Fabius akan menjadi tuan rumah Perdana Menteri Rusia Sergei Lavrov dan Menlu AS John Kerry dalam jamuan makan malam pada Senin, untuk mendiskusikan bagaimana mendorong Presiden Bashar al-Assad dan oposisi Suriah agar mau berunding di Jenewa.
Berbicara saat naik pesawat Perancis dalam perjalanannya ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Fabius mengatakan tidak ada 'tongkat ajaib' untuk mendorong para pihak yang bertikai ke meja perundingan, sekalipun pemerintahan Assad sudah setuju untuk hadir.
Rusia mengatakan Iran harus disertakan dalam konferensi perdamaian, yang sama-sama diusulkan oleh Moscow dan Washington dan bisa berkumpul dalam beberapa minggu ke depan.
Namun, Fabius mengatakan kehadiran Iran Suriah dengan pejabatnya yang 'mengarahkan operasi' dan mandat Hizbullah nya itu menunjukkan bahwa Iran tidak ada tempat di meja perundingan.
"Ya Russia ingin Iran ikut serta di Jenewa, tetapi kami menentang karena Iran bukanlah solusi politik. Dan malah sebaliknya, menerjunkan dirinya sendiri ke pertempuran [Suriah]," katanya seperti dikutip Reuters, Minggu (26/5/2013).
Namun, Iran menyangkal memiliki pasukan di Suriah untuk mendukung militer Assad, dan mengatakan bahwa tuduhan-tuduhan itu dibuat oleh musuh-musuh bebuyutan Suriah.
Fabius juga mengatakan, dengan negosiasi rumit yang akan datang di akhir tahun ini antara negara-negara besar yang mencakup Prancis, AS, dan Rusia atas program nuklir Iran, menyertakan Iran ikut dalam konferensi Suriah malah akan memperumit perundingan.
Sejauh ini, AS dan Eropa menghindar secara langsung dari upaya mempersenjatai pemberontak, tetapi telah memberikan mereka dukungan 'yang tak mematikan', sedangkan pendukung Arab seperti Qatar dan Saudi Arabia mengirimi mereka senjata.
Fabius akan bertemu Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan untuk perundingan pada Senin (27/5). Krisis di Suriah dan program nuklir Iran akan menjadi agenda utama, mengingat tuduhan negara-negara teluk Arab kepada Teheran atas campur tangan urusan mereka dengan memicu kerusuhan.