BISNIS.COM,JAKARTA -- Setara Institute mendesak Kapolri Jendral Timur Pradopo mengevaluasi Kapolresta Bekasi Kombes Isnaeni Ujiarto terkait dengan penetapan tersangka terhadap pendeta Palti Panjaitan yang diduga membela diri, karena serangan di malam Natal tahun lalu.
Wakil Ketua Setara Bonar Naipospos mengatakan pihaknya mengecam keras penetapan Palti Panjaitan yang justru menjadi selama ini menjadi korban tindakan kekerasan oleh kelompok Islam radikal saat menjalankan ibadah HKBP Filadelfia, Bekasi.
Dia memaparkan laporan Palti terhadap aksi kekerasan itu sudah dilakukan namun tak jadi prioritas kepolisian. Dalam masalah ini, Palti diduga membela diri atas serangan yang dilakukan oleh Abdul Aziz, yang berasal dari kelompok intoleran pada 24 Desember lalu.
"Kapolri agar melakukan evaluasi terhadap Kapolresta Bekasi, bila ditemukan penyimpangan tindakan profesional dalam penegakan hukum di wilayahnya, sudah selayaknya dilakukan pemecatan terhadap Kapolresta Bekasi," kata Bonar dalam keterangan pers yang dikutip Kamis, (14/3/2013). "Kriminalisasi atas kelompok-kelompok minoritas sudah menjadi pola terstruktur negara melalui aparat kepolisian."
Diketahui, kepolisian resort kota (Polresta) Bekasi menetapkan Palti sebagai tersangka pada 13 Maret 2013 dengan diduga melanggar 335 dan 352 KUHP. Hal itu terkait dengan penganiayaan ringan dan perbuatan tak menyenangkan.
Setara institute menyatakan pihaknya mengecam dengan keras penetapan tersangka terhadap korban, dalam hal ini adalah Palti, oleh Polresta Bekasi. Bonar menilai penetapan status tersebut diduga atas desakan kelompok-kelompok intoleran yang selama ini menjadi pelaku aksi-aksi kekerasan dan intimidasi terhadap jemaat HKBP Filadelfia di Bekasi.
Dia menegaskan Kapolresta Bekasi juga harus menjelaskan laporan-laporan kekerasan, intimidasi dan teror yang selama ini diterima oleh Palti dan jemaatnya yang hingga kini tak ada proses penanganannya oleh Polresta Bekasi.
" Sekali lagi kami meminta SBY memberikan perhatian khusus dan nyata terhadap kasus-kasus intoleransi di Indonesia, daripada sibuk dan gemar berpidato tentang intoleransi di Indonesia yang selalu dibantah," kata Bonar.