Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Politik Italia Bawa Efek Beruntun, Bank Sentral di Dunia Hadapi Ancaman Baru

Kegelisahan pasar keuangan datang di saat bank sentral siap untuk menutup pintu stimulus moneter. Beberapa tegangan geopolitik diperkirakan dapat menjadi pertimbangan bagi para pembuat kebijakan untuk mengambil langkah.
Kanptr pusat Bank Sentral Eropa (ECB) di Frankfurt, Jerman/Reuters-Alex Domanski
Kanptr pusat Bank Sentral Eropa (ECB) di Frankfurt, Jerman/Reuters-Alex Domanski

Bisnis.com, JAKARTA – Kegelisahan pasar keuangan datang di saat bank sentral siap untuk menutup pintu stimulus moneter. Beberapa ketegangan geopolitik diperkirakan dapat menjadi pertimbangan bagi para pembuat kebijakan untuk mengambil langkah.

Bagi bank sentral Eropa (ECB), ancaman terbaru datang dari kekacauan politik di Italia. Hal itu mengingatkan kembali kenangan krisis utang yang mengancam dapat memecah-belahkan Zona Euro. Sementara itu, arah kebijakan bank sentral Inggris (BoE) juga semakin dirumitkan oleh Brexit. Di negara-negara emerging market lainnya, bank sentral masih berupaya menghadapi kuatnya dolar AS.

Bank sentral China (PBoC) pun baru-baru ini melonggarkan kondisi likuiditas untuk perbankan, sementara Bank Indonesia diperkirakan untuk menaikkan suku bunga di dalam rapat kebijakan luar biasa pada Rabu (30/5/2018).

Di seberang Pasifik, Federal Reserve sedikit berlebihan. Pasalnya, bank sentral AS tersebut sudah lebih baik di dalam rencana normalisasi suku bunga di AS dan investor menduga ada kenaikan pada rapat FOMC Juni nanti. Namun, setelahnya, guncangan pasar dari Italia diperkirakan dapat membawa awan hitam ke dalam outlook kenaikan suku bunga The Fed.

Adapun masalah yang dapat memberikan efek beruntun bagi para pembuat kebijakan di seluruh dunia adalah ketidakpastian atas prospek yang akan dibawa Italia selama beberapa bulan ke depan menjelang Pemilu Baru, secepatnya pada September 2018.

Pemilu yang akan dilihat sebagai referendum tersebut akan memberikan efek lanjutan terhadap rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga pada semester kedua tahun ini.

Direktur perusahaan riset kebijakan Medley Global Advisors, Paul Richards menyebut September akan menjadi tanda tanya bagi The Fed. “Dengan risiko geopolitik semacam ini, mereka [The Fed pada September] dan ECB pada Oktober, harus membuat keputusan, tepat saat Pemilu Italia. Risiko geopolitik ini benar-benar akan membawa September menjadi tanda tanya,” ujarnya, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (30/5/2018).

Adapun untuk saat ini, seluruh pandangan mengarah ke ECB. Pasalnya, tensi politik di Italia semakin memburuk dan partai populis mulai memobilisasi kampanye Pemilu Baru. Hal tersebut membuat obligasi Italia bertenor 2 tahun melambung ke level tertingginya sejak 2012.

Adapun nilai euro jatuh 0,7% pada Selasa, turun 1 poin ke level terendahnya dalam 10 bulan. Indeks saham Stoxx Europe 600 tergerus 1,4% dengan benchmark indeks saham Italia turun hampir 3%. Sementara di AS, indeks S&P 500 jatuh tiga kali berturut-turut sepanjang hari perdagangan,  melemah 1,2%

Padahal, baru 8 pekan lalu ketika Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengumumkan di hadapan audien di Berlin, bahwa pemulihan Zona Euro “akhirnya menjadi lebih meningkat dan merata.” (Bloomberg/Dwi Nicken Tari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper