Bisnis.com, LOMBOK — Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dijadwalkan bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pekan ini, dengan harapan posisi strategis Manila sebagai sekutu utama di Asia dapat menghasilkan kesepakatan dagang yang lebih menguntungkan sebelum tenggat waktu 1 Agustus 2025.
Melansir Reuters pada Selasa (22/7/2025), Marcos akan bertemu Trump di Gedung Putih pada Selasa waktu setempat, menjadikannya pemimpin Asia Tenggara pertama yang menemui Trump di masa jabatan keduanya.
Sebelumnya, Trump telah menyepakati kesepakatan dagang dengan dua mitra regional Filipina, yakni Vietnam dan Indonesia, namun tetap bersikap keras dalam negosiasi bahkan dengan sekutu dekatnya demi kepentingan strategis menghadapi China.
Marcos memperkirakan pertemuannya dengan Trump akan mencakup isu keamanan dan pertahanan serta perdagangan.
“Kita akan lihat seberapa besar kemajuan yang bisa dicapai dalam negosiasi dengan AS terkait perubahan yang ingin kami dorong guna meringankan dampak tarif yang sangat memberatkan bagi Filipina," ujar Marcos sebelum bertolak dari Manila.
AS mencatat defisit hampir US$5 miliar dalam perdagangan barang bilateral dengan Filipina pada 2024 dari total nilai perdagangan sebesar US$23,5 miliar. Pada bulan ini, Trump menaikkan ancaman tarif "resiprokal" terhadap barang impor dari Filipina menjadi 20%, naik dari ancaman sebelumnya sebesar 17% pada April.
Baca Juga
Meski sekutu AS lainnya di Asia seperti Jepang dan Korea Selatan belum menyepakati perjanjian dagang dengan pemerintahan Trump, analis Asia Tenggara dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Washington, Gregory Poling, menilai Marcos berpeluang mendapat perlakuan lebih baik daripada Vietnam dan Indonesia.
“Saya tidak akan terkejut jika Filipina memperoleh kesepakatan dengan tarif yang lebih rendah,” ujar Poling, seraya mencatat bahwa Filipina merupakan sekutu perjanjian (treaty ally) yang selaras dengan AS dalam isu China.
Setibanya di Washington pada Minggu (20/7/2025), Marcos mengawali agendanya dengan kunjungan ke Pentagon untuk bertemu Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth pada Senin (21/7), dan selanjutnya bertemu Menteri Luar Negeri Marco Rubio. Marcos juga dijadwalkan bertemu sejumlah pemimpin bisnis AS yang berinvestasi di Filipina.
Perkuat Aliansi, Perkuat Ekonomi
Pejabat Filipina menyebut bahwa Marcos akan menekankan pentingnya memperkuat ekonomi nasional agar Filipina bisa berperan sebagai mitra strategis yang tangguh bagi AS di kawasan Indo-Pasifik.
Wakil Menteri Luar Negeri Filipina Raquel Solano menyampaikan bahwa tim perdagangan kedua negara tengah bekerja untuk merampungkan kesepakatan yang saling dapat diterima dan saling menguntungkan.
Marcos juga menegaskan komitmennya untuk memperkuat aliansi pertahanan yang telah terjalin selama tujuh dekade. Dalam kunjungannya ke Pentagon, dia menyebut perjanjian pertahanan bersama AS-Filipina sebagai "fondasi utama" hubungan bilateral dan instrumen penting dalam menjaga stabilitas di Laut China Selatan.
“Saya berterima kasih kepada Anda, pemerintah AS, dan Presiden Trump atas dukungan berkelanjutan yang kami rasakan—dan yang kami butuhkan—menghadapi berbagai ancaman terhadap negara kami,” kata Marcos.
Hegseth mencatat peningkatan kerja sama militer dengan Manila, termasuk pengerahan sistem rudal dan teknologi nirawak (drone).
“Kita harus membentuk tameng pencegahan yang kuat demi menjaga perdamaian,” ujar Hegseth, yang sebelumnya mengunjungi Manila pada Maret lalu.
Dengan meningkatnya tekanan dari China atas klaim di Laut China Selatan, Filipina semakin mempererat hubungan pertahanan dengan AS, termasuk dengan memperluas akses militer AS ke pangkalan-pangkalan Filipina, di tengah meningkatnya ketegangan atas Taiwan.
AS dan Filipina saat ini menggelar puluhan latihan militer tahunan, termasuk pelatihan sistem rudal Typhon dan baru-baru ini dengan sistem rudal anti-kapal NMESIS, yang memicu reaksi keras dari Beijing.
Poling juga mencatat bahwa kunjungan Marcos mendapat perhatian khusus dari Rubio dan Hegseth, yang menjadikannya pejabat Asia Tenggara pertama yang mereka temui sejak menjabat. Ia juga menyebut bahwa Trump tampak memiliki hubungan hangat dengan Marcos, merujuk pada komunikasi mereka usai kemenangan Trump dalam pemilu terakhir.