Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Direktur Italian Thai Development Premchai Karnasuta menyerahkan diri ke kepolisian pada Jumat (16/5/2025) menyusul ambruknya Menara Kantor Audit Negara karena gempa dahsyat yang mengguncang Thailand Maret lalu.
Melansir Reuters, bos salah satu perusahaan konstruksi terbesar Thailand ini menyerahkan diri bersama 14 orang lainnya karena bertanggungjawab atas ambruknya gedung yang menewaskan hampir seratus pekerja tersebut.
Gedung setinggi 30 lantai yang masih dalam tahap pembangunan itu menjadi satu-satunya bangunan yang ambruk akibat guncangan gempa magnitudo 7,7 dari wilayah Myanmar. Selama operasi pencarian selama enam minggu, tim SAR menemukan 92 jenazah dari reruntuhan, sementara empat lainnya masih dinyatakan hilang.
Deputi Komisaris Biro Kepolisian Metropolitan Noppasin Poonsawat mengatakan Premchai bersama para tersangka lain yang terafiliasi dengan perusahaan desain dan pelaksana proyek, menghadapi tuntutas atas kelalaian dan pelanggaran berat terhadap regulasi konstruksi.
"Penilaian para ahli menunjukkan bahwa desain arsitektural gedung ini tidak sesuai dengan regulasi kementerian maupun standar teknis yang ditetapkan dalam kerangka acuan proyek,” jelasnya.
Temuan lain menunjukkan penggunaan material yang tidak layak, termasuk beton dan baja berkualitas rendah. Selain itu, polisi menemukan adanya pemalsuan tanda tangan dalam dokumen teknik proyek.
Baca Juga
Tak lama setelah bencana, lembaga pemantau independen mengangkat dugaan korupsi dalam proyek tersebut. Hasil uji awal pada Maret menguatkan kecurigaan itu, menunjukkan adanya baja di bawah standar pada reruntuhan, menurut pejabat Kementerian Perindustrian.
Kelima belas tersangka telah dibawa ke pengadilan untuk proses pra-persidangan dan membantah seluruh dakwaan. Dua tersangka lainnya dijadwalkan akan menyerahkan diri pada Senin.
Penyelidikan terhadap salah satu tragedi konstruksi paling mematikan di Thailand ini masih terus berlanjut. Sementara itu, ITD menyatakan tengah bekerja sama penuh dengan otoritas.
Premchai sendiri bukan sosok asing dalam pusaran hukum. Pada 2021, ia divonis lebih dari tiga tahun penjara setelah tertangkap berburu satwa liar dilindungi di kawasan konservasi—termasuk seekor macan tutul Indochina yang menjadi simbol kasus tersebut.