Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wapres Vance Sebut AS Tak Akan Ikut Campur Konflik India-Pakistan

AS akui tak akan ikut campur ketegangan yang terjadi pada India dan Pakistan.
Presiden AS Donald Trump saat konferensi pers di Gedung Putih di Washington, DC, AS, Senin, (24/2/2025). Bloomberg/Al Drago
Presiden AS Donald Trump saat konferensi pers di Gedung Putih di Washington, DC, AS, Senin, (24/2/2025). Bloomberg/Al Drago

Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden JD Vance mengatakan Amerika Serikat (AS) tidak akan turut terlibat dalam konflik antara India dan Pakistan. 

Melansir Reuters pada Jumat (9/5/2025), Vance mengatakan India dan Pakistan harus meredakan ketegangan. Tetapi, dia menambahkan bahwa AS tidak dapat mengendalikan negara-negara tetangga Asia yang bersenjata nuklir dan perang di antara mereka bukan urusan AS.

"Kami ingin hal ini mereda secepat mungkin. Namun, kami tidak dapat mengendalikan negara-negara ini," kata Vance dalam sebuah wawancara di acara Fox News "The Story with Martha MacCallum".

"Yang dapat kami lakukan adalah mencoba mendorong orang-orang ini untuk sedikit meredakan ketegangan, tetapi kami tidak akan terlibat di tengah perang yang pada dasarnya bukan urusan kami dan tidak ada hubungannya dengan kemampuan Amerika untuk mengendalikannya," tambahnya.

India merupakan mitra penting bagi Washington, yang bertujuan untuk melawan meningkatnya pengaruh China, sementara Pakistan tetap menjadi sekutu AS meskipun kepentingannya berkurang setelah Washington menarik diri dari negara tetangga Afghanistan pada tahun 2021.

Analis dan beberapa mantan pejabat mengatakan keterlibatan AS untuk mencapai tujuan diplomatik dalam perang Rusia di Ukraina dan perang Israel di Gaza dapat membuat Washington meninggalkan India dan Pakistan sendiri pada hari-hari awal ketegangan mereka, tanpa banyak tekanan langsung dari pemerintah AS.

Pakistan dan India saling tuduh melancarkan serangan pesawat nirawak, dan menteri pertahanan Islamabad mengatakan pembalasan lebih lanjut "semakin pasti terjadi," pada hari kedua bentrokan besar pada hari Kamis. Pertempuran selama dua hari menewaskan hampir empat lusin orang.

Eskalasi terbaru dalam persaingan India-Pakistan yang telah berlangsung puluhan tahun dimulai pada tanggal 22 April ketika militan Islam menewaskan 26 orang di Kashmir yang dikelola India dalam sebuah serangan yang menurut New Delhi dilakukan oleh Islamabad, yang membantah tuduhan tersebut dan menyerukan penyelidikan yang netral.

"Harapan dan ekspektasi kami adalah bahwa ini tidak akan berubah menjadi perang regional yang lebih luas atau, amit-amit, konflik nuklir," kata Vance pada Kamis.

Washington telah mengadakan pembicaraan rutin dengan keduanya dalam beberapa hari terakhir, termasuk pada hari Kamis ketika Menteri Luar Negeri Marco Rubio melakukan panggilan telepon dengan perdana menteri Pakistan dan menteri luar negeri India sambil mendesak mereka untuk meredakan ketegangan dan melakukan dialog langsung.

Presiden AS Donald Trump menyayangkan meningkatnya ketegangan antara kedua negara. Dia berharap kedua negara akan berhenti sekarang setelah saling "balas dendam".

Departemen Luar Negeri mendesak kedua negara untuk bekerja sama menuju apa yang disebut Washington sebagai "solusi yang bertanggung jawab".


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper