Bisnis.com, JAKARTA — Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) melaporkan pada Jumat (11/4/2025) bahwa terjadi darurat stok obat-obatan di Gaza, Palestina akibat pemblokiran bantuan oleh Israel.
WHO menyampaikan bahwa stok obat-obatan yang diperlukan dalam menangani korban di Gaza semakin menipis, sehingga menyulitkan banyak rumah sakit untuk tetap beroperasi.
“Kami sangat kekurangan stok di tiga gudang kami, untuk antibiotik, cairan infus dan kantong darah,” kata pejabat WHO Rik Peeperkorn kepada wartawan di Jenewa melalui sambungan video dari Yerusalem, dikutip dari Reuters pada Jumat (11/4/2025).
Hal tersebut terjadi di saat Israel telah memperluas serangan ke wilayah Gaza, Palestina, sejak awal April lalu.
Bahkan, Israel membombardir wilayah jalur Gaza pada hari pertama Lebaran/Idulfitri 2025 yang dirayakan pada Minggu (30/3/2025). Serangan ini pun mengakibatkan sejumlah warga sipil tewas dan luka-luka.
Menurut koresponden WAFA, empat warga sipil tewas dalam penembakan Israel yang menargetkan pengungsian di Wilayah Qizan Abu Rishwan di bagian selatan Kota Khan Yunis.
Baca Juga
Dua warga sipil lainnya juga tewas dan sejumlah lainnya terluka dalam serangan udara Israel di rumah keluarga Muqbel di Jabalia, Jalur Gaza utara.
Berbagai sumber medis melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat agresi Israel yang sedang berlangsung di Gaza bertambah menjadi 50.277 orang sejak 7 Oktober 2023.
Sementara itu, lebih dari 114.095 orang lainnya juga terluka dalam agresi tersebut. Padahal, Israel dan Hamas belum lama ini sepakat untuk melakukan gencatan senjata pada pertengahan Januari 2025 lalu.
Sayangnya pada dua bulan kemudian atau pertengahan Maret, gencatan sejata tersebut berakhir usai militer Israel melanggar kesepakatan dan kembali menjatuhkan rudal ke jalur Gaza.