Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Warga AS Demo Besar-besaran Menentang Kebijakan Trump dan Elon Musk

Ribuan warga AS menolak berbagai kebijakan Trump karena mengancam sistem sosial dan ekonomi negara tersebut.
Presiden terpilih AS Donald Trump berpidato dalam acara malam pelantikan di Capital One Arena, Washington, DC, AS, pada hari Minggu, 19 Januari 2025. /Bloomberg-Al Drago
Presiden terpilih AS Donald Trump berpidato dalam acara malam pelantikan di Capital One Arena, Washington, DC, AS, pada hari Minggu, 19 Januari 2025. /Bloomberg-Al Drago

Bisnis.com, JAKARTA — Ribuan demonstran turun ke jalan di Washington, D.C., dan berbagai kota di Amerika Serikat pada Sabtu (5/4/2025) dalam unjuk rasa besar-besaran menentang Presiden Donald Trump dan Elon Musk

Aksi yang diperkirakan mencakup sekitar 1.200 titik protes ini melibatkan partisipasi dari 150 kelompok aktivis, dan digelar tidak hanya di seluruh 50 negara bagian, tetapi juga di sejumlah kota Kanada dan Meksiko. Di Washington, lebih dari 20.000 orang berkumpul di area National Mall, menjadikannya salah satu demonstrasi terbesar sejak Trump kembali menjabat pada 20 Januari 2025.

Para demonstran menyuarakan penolakan terhadap berbagai kebijakan pemerintahan Trump yang dinilai mengancam sistem sosial dan ekonomi AS. Isu-isu yang diangkat mulai dari pemangkasan besar-besaran pegawai federal, kebijakan imigrasi yang lebih ketat, kebijakan tarif yang memicu gejolak pasar, hingga kekhawatiran terhadap masa depan program jaminan sosial.

“Seluruh institusi yang membuat Amerika berdiri sedang diserang. Dari pendidikan, imigrasi, hingga kebijakan DOGE yang menghilangkan ratusan ribu pekerjaan,” kata Terry Klein, seorang pensiunan ilmuwan dari Princeton, New Jersey dikutip dari Reuters pada Minggu (6/4/2025).

Salah satu kebijakan yang paling disorot adalah inisiatif efisiensi pemerintahan bertajuk Department of Government Efficiency (DOGE) yang dipimpin oleh Elon Musk. Dengan restu Trump, DOGE telah memangkas lebih dari 200.000 pekerjaan dari total 2,3 juta pegawai federal. Pemangkasan ini dilakukan secara cepat dan dianggap kurang terencana, sehingga berdampak pada pelayanan publik yang krusial. 

Internal Revenue Service (IRS), misalnya, mulai memecat sekitar 25% tenaga kerjanya atau lebih dari 20.000 pegawai pada pekan lalu. Ratusan orang juga berunjuk rasa di depan kantor pusat Administrasi Jaminan Sosial (Social Security Administration) dekat Baltimore. Mereka menentang pengurangan sumber daya pada lembaga yang mengelola tunjangan bagi lansia dan penyandang disabilitas.

“Saya sudah membayar sejak umur 16 tahun, dan sekarang, dua bulan sebelum usia pensiun, saya takut manfaat yang seharusnya saya dapatkan akan hilang,” kata Linda Falcao dalam orasinya.

Kekhawatiran terhadap stabilitas program jaminan sosial turut disuarakan oleh Paul Kretschmann, pensiunan pengacara berusia 74 tahun di Stamford, Connecticut.

“Saya khawatir ini bagian dari agenda untuk melemahkan institusi pemerintah demi memperkuat kekuasaan presiden,” ujarnya.

Meski menuai banyak kritik, Gedung Putih membantah bahwa kebijakan tersebut bertujuan memotong tunjangan sosial. Asisten Sekretaris Pers Gedung Putih, Liz Huston, dalam pernyataan resminya menegaskan bahwa Presiden Trump berkomitmen melindungi Social Security, Medicare, dan Medicaid bagi penerima manfaat yang sah.

Selain pemangkasan anggaran dan pegawai, kebijakan perdagangan Trump juga menjadi sorotan. Wayne Hoffman, pensiunan manajer keuangan dari West Cape May, New Jersey, menilai bahwa kebijakan tarif terbaru dapat merugikan sektor pertanian dan investor ritel.

Petani di negara bagian konservatif akan merugi. Banyak orang kehilangan pekerjaan, dan nilai 401K mereka turun drastis. Beberapa orang kehilangan puluhan ribu dolar,” ujarnya.

Protes juga berlangsung di dekat kediaman Trump di Mar-a-Lago, Florida, saat sang presiden menghabiskan harinya dengan bermain golf. Sekitar 400 orang turun ke jalan di West Palm Beach membawa spanduk bertuliskan “Pasar Anjlok, Trump Main Golf”.

Di luar negeri, warga AS yang tinggal di Eropa turut menyampaikan penolakan terhadap arah kebijakan luar negeri AS dengan menggelar aksi di Berlin, Frankfurt, Paris, dan London.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper