Bisnis.com, JAKARTA – Aksi protes meluas di kota-kota besar Turki pada Rabu (19/3/2025) menyusul penangkapan Ekrem Imamoglu, Wali Kota Istanbul sekaligus lawan politik utama Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Melansir Reuters, Kamis (20/3/2025), ribuan orang berkumpul di distrik Sarachane, sementara Ketua Partai Rakyat Republik (CHP) Ozgur Ozel menuding Erdogan berusaha menghancurkan Imamoglu karena takut kalah dalam pemilu.
"Erdogan mencoba menaklukkan Imamoglu dengan menggunakan sistem peradilan sebagai senjatanya," kata Ozel, merujuk pada tiga kekalahan Erdogan dalam pemilu lokal dari Imamoglu dan CHP.
Protes juga meletus di Universitas Teknik Timur Tengah (METU) di Ankara, di mana polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Aksi serupa terjadi di Izmir dan Trabzon.
Otoritas Turki menangkap Imamoglu dengan tuduhan korupsi dan mendukung kelompok teroris. Penangkapan ini memperpanjang gelombang kriminalisasi tokoh oposisi, yang menurut para kritikus merupakan upaya politis untuk melemahkan elektabilitas mereka menjelang pemilu.
Imamoglu, yang dalam sejumlah survei unggul dari Erdogan, dijadwalkan akan diumumkan sebagai calon presiden CHP dalam beberapa hari mendatang. Namun kini, ia menghadapi dua investigasi hukum, termasuk tuduhan memimpin organisasi kriminal, suap, dan manipulasi tender.
Baca Juga
Dalam sebuah surat yang dipublikasikan di media sosial, Imamoglu menyerukan rakyat Turki untuk melawan “kebohongan dan konspirasi” yang menjeratnya. Sebelum menyerahkan diri, ia menegaskan tidak akan menyerah terhadap tekanan politik.
Menteri Kehakiman Yilmaz Tunc memperingatkan agar tidak mengaitkan Erdogan dengan penangkapan ini serta meminta masyarakat tidak melakukan aksi protes. Namun, ratusan orang tetap turun ke jalan dan meneriakkan: “Hari akan tiba ketika Partai AK dimintai pertanggungjawaban.”
Ketua CHP Ozgur Ozel menegaskan bahwa Imamoglu tetap akan dicalonkan sebagai presiden pada Minggu mendatang, terlepas dari tekanan hukum yang dihadapinya.
"Ini adalah kudeta terhadap calon presiden berikutnya. Kami menghadapi upaya kudeta," tegasnya.
Pemilu Turki dijadwalkan berlangsung pada 2028, tetapi Erdogan, yang telah mencapai batas dua periode, harus mengadakan pemilu lebih awal atau mengubah konstitusi jika ingin maju kembali.
Setahun lalu, Erdogan mengalami kekalahan terbesar dalam pemilu lokal, ketika CHP meraih kemenangan di kota-kota besar dan menggulingkan Partai AK di basis-basis tradisionalnya.
"Peristiwa ini menunjukkan bahwa kepentingan pribadi Erdogan tetap menjadi prioritas utama, tanpa memedulikan konsekuensinya," ujar Wolfango Piccoli, analis dari Teneo Advisory.
Pemerintah membantah tuduhan oposisi dan menegaskan bahwa peradilan Turki tetap independen.
Sementara itu, Ankara sedang berupaya mengakhiri pemberontakan bersenjata PKK, setelah pemimpin kelompok tersebut menyerukan perlucutan senjata bulan lalu. Namun, penahanan Imamoglu atas dugaan keterlibatan dengan PKK berpotensi mengganggu upaya perdamaian tersebut.
Partai DEM, yang memediasi seruan damai ini, meminta agar Imamoglu segera dibebaskan untuk memastikan proses perdamaian tetap berjalan.