Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia sudah mulai melakukan uji coba program Makan Bergizi Gratis untuk anak sekolah. Program satu ini mirip dengan Kyushoku yang diterapkan di Jepang.
Program Kyushoku, makan siang untuk anak sekolah, sudah ada dan diterapkan di Jepang bahkan lebih dari 100 tahun yang lalu, mulai sejak 1899. Program itu awalnya ditujukan untuk membantu anak-anak dari keluarga miskin.
Saat ini, program makan bergizi ini sudah diterapkan di sekolah tingkatan SD dan SMP di Jepang. Makanan bergizi juga tak hanya diberikan kepada anak sekolah, tapi guru-guru juga bisa menikmatinya.
Lantas seperti apa sebenarnya Kyushoku?
Mengutip Jobs In Japan, Kyushoku adalah momen paling ditunggu anak-anak sekolah di Jepang. Sebagian besar siswa memilih untuk makan kyūshoku hingga akhir sekolah menengah pertama.
Biasanya, satu-satunya waktu siswa membawa makanan mereka sendiri adalah jika mereka memiliki pantangan makanan, misalnya karena punya intoleransi susu, atau alasan agama.
Baca Juga
Namun, meski tak bisa ikut makan, mereka mungkin tetap bisa mendapatkan minuman, dan sebagai gantinya mereka bisa membawa makanan sendiri dari rumah.
Isi Menu Kyushoku
Makan siang standar pada Kyushoku terdiri dari satu hidangan utama, biasanya hidangan semur, mi, atau sup, makanan pendamping seperti salad, daging tumis atau sayuran, dan sekotak susu murni tanpa tambahan apa pun, kemudian ada buah atau puding kecil untuk hidangan penutup.
Menu yang disajikan selalu berubah setiap hari, jika hari ini ada ayam goreng, besok anak-anak bisa mendapatkan sup mie, sup ikan, nasi dengan ikan panggang, kari khas Jepang, dan menu nikmat lainnya setiap harinya.
Kemudian, untuk menu makanan penutup juga tak melulu buah dan puding, bisa juga kue atau mochi yang disukai anak-anak.
Mengandalkan Ahli Gizi Sekolah
Makanan umumnya disiapkan di sekolah dengan proses pengolahan minimal, dan mengacu pada arahan ahli gizi sekolah yang bertugas membuat menu dan menyediakan daftar mikro dan makronutrien yang dibutuhkan siswa untuk memenuhi kebutuhan anak sekolah dari segala usia.
Namun, jangan salah, makanan kyushoku meskipun sehat tapi tidak memiliki rasa yang hambar atau membosankan.
Karena konsumen utamanya adalah anak-anak berusia antara tujuh sampai 15 tahun, maka makanannya juga harus lezat.
Paling tidak, makanan ini harus disiapkan dengan mempertimbangkan kemungkinan selera anak yang suka pilih-pilih makanan.
Tak Sekadar Makan Siang Bersama
Selanjutnya, prosedur makan kyushoku dilakukan di dalam kelas. Ketika bel sudah berbunyi, lorong-lorong mulai ramai dengan aktivitas, ada siswa yang berganti pakaian untuk menyajikan makanan mereka.
Siswa sepenuhnya dilibatkan dari mendorong troli makan siang berisi perlengkapan ke kelas, dan masih banyak lagi yang membawa makanan dalam wadah logam kedap udara kembali ke kelas mereka.
Di Jepang, makan siang adalah tanggung jawab bersama, para siswa bergantian melayani teman sekelas, dan sifatnya wajib.
Berbagai peran yang dibutuhkan untuk memasukkan makanan dari dapur sekolah ke perut setiap siswa dirotasi secara berkala.
Setiap siswa yang diberi peran tersebut disebut tantō. Banyak siswa yang akan bertugas menyajikan makanan dan mengambil perlengkapan penyajian. Sementara siswa yang tidak terlibat langsung akan berbaris untuk mengambil nampan makanan dan mengantarkannya ke meja teman sekelas mereka.
Dengan kyushoku, makan siang sekolah adalah waktu bagi semua orang untuk terlibat, bahkan saat anak-anak masih berusia tujuh tahun.
Kyushoku tak sekadar makan bersama tapi juga mengajarkan tanggung jawab kepada setiap siswa, yang menjadi salah satu dari sekian banyak aspek inklusif dari makan siang sekolah di Jepang.
Dan dengan biaya 4.000-5.000 yen per bulan, Rp400.000 - Rp500.000 per bulan, Kyushoku bisa menjadi penyeimbang agar siswa dari latar belakang berpenghasilan rendah juga dapat merasakan pengalaman menyantap hidangan yang mungkin tidak dapat disediakan oleh keluarga mereka di rumah.
Pendidikan moral sendiri merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah dasar Jepang, karena di sanalah siswa belajar tentang pembelajaran sosial dan emosional. Tujuannya untuk membentuk anggota masyarakat yang sadar sosial.
Makan siang di sekolah kemudian menjadi kesempatan yang baik untuk mengajarkan anak-anak tentang kesadaran kelompok dan hal-hal yang dapat dicapai melalui kerja sama tim dan keharmonisan.
Terkait dengan program ini, sebelumnya Kedutaan Besar Jepang juga menyatakan bersedia membantu Indonesia menjalankan program Makan Bergizi Gratis.
Indonesia diharapkan bisa mencontoh kyushoku, yang tak hanya sekadar memberikan makanan bergizi, tapi juga lezat, diatur nutrisinya oleh Ahli Gizi, sambil mengajarkan kerja sama kepada anak-anak.