Bisnis.com, JAKARTA – Langkah Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol yang yang mengumumkan darurat militer dan berjanji menjadikan negaranya sebagai “negara penting global” mendapat respons dari sejumlah pemimpin dunia.
Yoon mengumumkan darurat militer dalam pidato langsung di televisi pada Selasa malam, namun kemudian membatalkannya enam jam kemudian setelah mayoritas anggota parlemen menolak keputusan tersebut.
Melansir Reuters, Rabu (4/12/2024), Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson membatalkan rencana pertemuan dengan Yoon pekan ini, menurut juru bicara Kristersson.
“Mengingat perkembangan terakhir, kami telah memutuskan untuk menunda kunjungan tersebut,” kata juru bicara tersebut dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, Amerika Serikat yang merupakan sekutu utama Korea Selatan menunda pertemuan Kelompok Konsultatif Nuklir (Nuclear Consultative Group/NCG) dan latihan militer terkait, menurut seorang pejabat AS yang tidak ingin disebutkan namanya.
NCG adalah upaya khas Yoon yang bertujuan agar Korea Selatan memainkan peran yang lebih besar dalam perencanaan sekutu untuk potensi perang nuklir di semenanjung itu.
Baca Juga
Sekitar 28.500 tentara AS ditempatkan di Korea Selatan. Belum ada kabar apakah latihan militer gabungan lainnya akan terpengaruh. Juru bicara Pasukan AS-Korea tidak menanggapi permintaan komentar.
Pentagon mengatakan militer AS dan Korea Selatan tetap menjalin hubungan dan tidak ada permintaan bantuan dari Seoul di tengah-tengah peristiwa yang sedang berlangsung.
Juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Patrick Ryder mengatakan bahwa ia juga tidak yakin deklarasi darurat militer tersebut memiliki dampak yang signifikan sejauh ini terhadap pasukan AS, yang sebagian di antaranya bekerja dalam komando gabungan dengan militer Korea Selatan.
Seorang juru bicara Gedung Putih sebelumnya mengatakan bahwa AS tidak diberitahu sebelumnya tentang pengumuman Yoon. “Kami sangat prihatin dengan perkembangan yang kami lihat di lapangan,” jelas juru bicara tersebut.
Deklarasi darurat militer ini menimbulkan keraguan atas kemungkinan kunjungan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pekan depan. Media Jepang melaporkan bahwa Austin akan bertemu dengan Menhan Korea Selatan dan Jepang sebagai bagian dari upaya trilateral yang diperjuangkan oleh Yoon.
Kelompok anggota parlemen Jepang untuk urusan Korea yang dipimpin oleh mantan perdana menteri Yoshihide Suga membatalkan kunjungan ke Seoul yang dijadwalkan pada pertengahan Desember, menurut Penasihat khusus perdana menteri Jepang Akihisa Nagashima yang akan melakukan perjalanan dengan kelompok tersebut.
“Gejolak dalam politik domestik Korea Selatan sejak semalam terus mengkhawatirkan,” tulis Nagashima di X.
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba sebelumnya mengatakan kepada wartawan bahwa Tokyo sedang memantau situasi “dengan penuh perhatian.”
Duyeon Kim dari Center for a New American Security mengatakan reputasi internasional Yoon sebagai simbol demokrasi telah hancur.
“Nasib kebijakan luar negeri Yoon masih belum pasti dan bahkan suram,” tambahnya.