Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengenal Electoral College, Mekanisme Khusus Penentu Kemenangan dalam Pilpres AS

Tidak seperti Pilpres di Indonesia yang pemenangnya ditentukan oleh suara terbanyak, pemenang Pilpres AS ditentukan oleh suara dari Electoral College.
Layar menampilkan debat calon presiden AS yang diselenggarakan oleh ABC antara capres dari Partai Republik, mantan Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat, Wakil Presiden AS Kamala Harris di Philadelphia, Pennsylvania, AS, 10 September 2024./Reuters-Evelyn Hockstein
Layar menampilkan debat calon presiden AS yang diselenggarakan oleh ABC antara capres dari Partai Republik, mantan Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat, Wakil Presiden AS Kamala Harris di Philadelphia, Pennsylvania, AS, 10 September 2024./Reuters-Evelyn Hockstein

Bisnis.com, JAKARTA - Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang mempertandingkan calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, melawan calon dari Partai Republik, Donald Trump, akan berlangsung pada 5 November 2024 mendatang.

Namun, berbeda dengan pilpres di Indonesia, kandidat dengan jumlah suara terbanyak belum tentu akan menjadi pemenang. Hal tersebut karena presiden AS tidak dipilih secara langsung oleh warga, melainkan oleh mekanisme yang disebut sebagai electoral college.

Mengutip laman Arsip Nasional AS, archives.gov, pada Jumat (1/11/2024), mekanisme electoral college telah ditetapkan oleh para pendiri Negara AS dalam konstitusi. 

Electoral college merupakan hasil kompromi antara pemilihan Presiden melalui pemungutan suara di Kongres dan pemilihan Presiden melalui pemungutan suara dari warga negara yang memenuhi syarat.

Proses electoral college terdiri dari pemilihan para pemilih atau electors, pertemuan para pemilih di mana mereka memilih Presiden dan Wakil Presiden, dan penghitungan suara elektoral oleh Kongres.

Mekanisme Electoral College

Sementara itu, mengutip BBC.com, ketika warga AS datang ke tempat pemungutan suara pada 5 November mendatang, mereka sebenarnya akan memilih orang-orang yang akan duduk dalam electoral college. Tugas utama anggota electoral college adalah memilih presiden dan wakil presiden.

Anggota electoral college dicalonkan oleh partai politik di tingkat negara bagian. Mereka biasanya petinggi partai atau sosok yang berafiliasi dengan kandidat presiden dari partainya.

Di tempat pemungutan suara, pemilih tidak hanya memberikan suara untuk calon presiden, tapi juga calon anggota electoral college. Pada surat suara, nama mereka biasanya muncul di bawah nama kandidat presiden. Namun ada juga negara bagian yang tidak mencetak nama calon anggota electoral college.

Adapun, jumlah perwakilan setiap negara bagian dalam electoral college disesuaikan dengan total populasi di daerah tersebut. Secara keseluruhan, anggota electoral college berjumlah 538 orang. 

Setiap orang dalam electoral college ini memiliki satu hak suara. Untuk memenangkan pemilihan, seorang calon harus mendapatkan suara electoral college sebanyak 270 atau lebih.

Sementara itu, California adalah negara bagian dengan perwakilan electoral college terbanyak, yaitu 55 orang. Negara bagian yang jumlah penduduknya sedikit, seperti Wyoming, Alaska, dan North Dakota, termasuk Washington DC, diwakilkan oleh minimal tiga orang.

Umumnya, setiap anggota electoral college akan memilih kepada calon presiden yang mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan umum di negara bagian. Misalnya, jika seorang kandidat dari Partai Republik memenangkan 50,1% suara di Texas, dia akan mendapat seluruh suara dari anggota electoral college dari negara bagian itu, yang berjumlah 40 orang.

Hanya negara bagian Maine dan Nebraska yang membagi suara electoral college berdasarkan proporsi suara yang diterima masing-masing calon presiden.

Hal ini menjadi alasan para calon presiden AS fokus memenangkan negara bagian yang tidak menyerahkan seluruh suara untuk kandidat yang paling banyak dipilih. Negara bagian tersebut dikenal dengan istilah 'swing state'. Memenangkan sebanyak mungkin suara dari setiap negara bagian bukan strategi yang biasa dilakukan pada Pilpres AS.

Suara Mayoritas Bukan Penentu

Mekanisme electoral college membuka peluang seorang capres dapat memenangkan pemilihan meskipun tidak unggul dari sisi suara nasional. Sejumlah pemilihan presiden AS terdahulu pernah memenangkan calon yang tidak mendapat suara terbanyak dari masyarakat.

Tercatat, dua dari lima pilpres AS terakhir dimenangkan oleh kandidat yang tidak mendapat suara terbanyak dari masyarakat tetapi berhasil merah 270 suara electoral college.

Pada pilpres 2016, Donald Trump berselisih tiga juta suara di bawah pesaingnya, Hillary Clinton. Namun Trump mendapatkan suara terbanyak di electoral college, yakni 304 suara berbanding 227 milik Clinton.

Sementara itu, pada pilpres 2000, George W Bush mendapatkan 271 suara electoral college. Padahal, calon presiden dari Partai Demokrat, Al Gore, mendapat setengah juta suara lebih besar dari masyarakat ketimbang Bush.

Selain Trump dan Bush, terdapat tiga presiden AS lainnya yang memenangkan pilpres walau tidak mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan umum. Tiga presiden tersebut menjabat pada abad ke-19, yaitu John Quincy Adams, Rutherford B Hayes dan Benjamin Harrison.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper