Bisnis.com, JAKARTA - Korea Selatan dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk mengirim tim pemantau militer ke Ukraina. Langkah tersebut dilakukan untuk mengamati dan menganalisis perkiraan penempatan pasukan Korea Utara oleh Rusia di garis depan konflik antara Rusia dan Ukraina.
Mengutip Reuters pada Rabu (30/10/2024), setidaknya 11.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia dan lebih dari 3.000 di antaranya telah dipindahkan ke dekat garis depan, kata pejabat tersebut kepada wartawan yang tidak mau disebutkan namanya.
Pyongyang akan memetik pelajaran berharga dari keterlibatan pasukannya dalam pertempuran dan menyaksikan peperangan modern dengan membantu Rusia, dan hal ini merupakan ancaman militer langsung terhadap Korea Selatan, kata pejabat itu.
“Jadi merupakan kewajiban kami untuk menganalisis dan memantau aktivitas pasukan Korea Utara melawan sekutu kami, Ukraina," kata Pejabat tersebut.
Adapun, negara-negara sekutu Ukraina secara luas mengutuk penempatan pasukan tersebut.
Ajudan keamanan utama Presiden Rusia Vladimir Putin, Sergei Shoigu, mengunjungi Korea Utara pekan lalu dan Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui mengunjungi Moskow minggu ini untuk membahas bagaimana menanggapi kritik tersebut, kata pejabat Korea Selatan.
Baca Juga
Pada Selasa waktu setempat, Washington mengatakan beberapa tentara Korea Utara berada di wilayah Kursk, daerah perbatasan Rusia di mana pasukan Ukraina melakukan serangan besar-besaran pada bulan Agustus dan menguasai wilayah ratusan kilometer persegi.
Rusia memberikan tekanan pada pasukan Ukraina di sepanjang garis depan sepanjang 1.000 km (600 mil) di wilayah Ukraina setelah gagal menggulingkan pemerintah dengan invasi habis-habisan pada tahun 2022. Total korban militer diperkirakan mencapai ratusan ribu.
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, mengatakan kecepatan pengerahan pasukan Korea Utara ke Rusia lebih cepat dari perkiraan, sehingga menciptakan situasi berbahaya. Kantor kepresidenan Korea Selatan melaporkan hal tersebut selama panggilan telepon Yoon dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.
Trudeau mengatakan pengerahan pasukan Korea Utara di wilayah tersebut kemungkinan akan meningkatkan konflik dan menciptakan dampak yang lebih besar pada lingkungan keamanan Eropa dan Indo-Pasifik, menurut kantor Yoon.
Para pejabat Korea Selatan juga menyatakan kekhawatirannya mengenai imbalan yang mungkin diberikan Rusia kepada Pyongyang.
Korea Utara kemungkinan besar akan diberi kompensasi oleh Moskow dengan teknologi militer dan sipil, seiring mereka berlomba meluncurkan satelit mata-mata dan meningkatkan kemampuan rudal balistik antarbenua atau ICBM, kata pejabat kepresidenan Korea Selatan.
Putin tidak menyangkal keterlibatan pasukan Korea Utara dalam perang tersebut namun mengatakan bahwa terserah pada Rusia bagaimana negara itu menerapkan perjanjian kemitraan yang ditandatanganinya dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada bulan Juni.
Korea Utara belum mengakui pengerahan pasukan tersebut namun mengatakan jika tindakan yang dibicarakan oleh “media dunia” itu benar, maka tindakan tersebut akan dilakukan sesuai dengan hukum internasional.
Tentara Korea Utara dimasukkan ke dalam unit militer Rusia dan diberi seragam Rusia untuk menyembunyikan identitas mereka, kata pejabat kepresidenan tersebut, seraya menambahkan bahwa masalah seperti kendala bahasa mungkin memperlambat masuknya mereka ke dalam pertempuran.
Sebelumnya, Badan Intelijen Pertahanan Korea Selatan mengatakan pasukan Korea Utara bisa menderita banyak korban jika dikirim ke medan tempur karena kurangnya pengalaman dalam perang drone yang menjadi ciri perang di Ukraina.
Korea Utara telah mengirimkan peluru artileri, rudal balistik dan roket anti-tank ke Rusia dalam lebih dari 13.000 kontainer sejak Agustus tahun lalu, kata badan intelijen Korea Selatan.
Pentagon memperkirakan 10.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan ke Rusia timur untuk pelatihan, naik dari perkiraan 3.000 tentara pada Rabu lalu.