Bisnis.com, JAKARTA - Donald Trump baru-baru ini menjadi sorotan lantaran mengungkapkan keinginannya untuk memenjarakan Mark Zuckerberg.
Hal itu diungkapkan dalam buku terbarunya berjudul "Save America". Mengutip Politico, Mantan Presiden AS itu menuding CEO META ikut campur dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2020.
Zuckerberg dituding membuat plot untuk merebut pemilu tahun 2020 demi mendukung Presiden Joe Biden.
Ia pun memperingatkan bahwa CEO Meta tersebut akan berakhir “menghabiskan sisa hidupnya di penjara”, apabila kembali menganggu Trump lagi.
Buku yang akan dirilis minggu depan itu menampilkan foto Zuckerberg dan Trump saat pertemuan tak bertanggal di Gedung Putih.
Dalam keterangan foto buku yang dikutip dari Politico, Trump mengklaim bahwa Zuckerberg “akan datang ke "Oval Office", salah satu ruangan diGedung Putih, untuk menemuinya.
Baca Juga
"Ia akan mengajak istrinya yang baik untuk makan malam, bersikap sebaik mungkin, sambil selalu merencanakan untuk memasang Lock Box yang memalukan dalam PLOT TERHADAP PRESIDEN yang sesungguhnya,” tulis Trump.
Ia pun mengaku telah mengawasi Zuckerberg dengan cermat.
“Dan jika dia melakukan sesuatu yang ilegal kali ini, dia akan menghabiskan sisa hidupnya di penjara – begitu pula orang lain yang berbuat curang pada Pilpres 2024,” lanjutnya.
Tuduhan Trump ini berbasis pada teori konspirasi yang menyebar setelah pemilu tahun 2020 bahwa Zuckerberg dan istrinya, Priscilla Chan, telah melakukan investasi sebesar $350 juta di Center for Tech and Civic Life, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Chicago yang membantu menyediakan administrasi pemilu, untuk membantu mencurangi pemilu 2020.
Sebelumnya, Trump juga pernah melayangkan tudingan kecurangan pemilu dan kaitannya dengan CEO META pada Juni 2021 saat melakukan wawancara dengan Fox Business.
Trump mengklaim bahwa ia “memenangkan pemilu”, bahwa Partai Demokrat “menipu”, dan bahwa “Facebook dan [CEO Mark] Zuckerberg, dengan kotak kunci palsu senilai $500 juta yang ia pasang, beberapa di antaranya memperoleh 96 persen suara Biden – 96 persen.
Meskipun tak terbukti adanya kecurangan, Trump masih terus menggaungkan teori tersebut untuk mempengaruhi pengikutnya mengenai kekalahannya di Pilpres 2020.