Bisnis.com, JAKARTA - Guru Besar Ilmu Politik Universitas Andalas Prof. Asrinaldi menilai permintaan maaf yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan 2024 merupakan bentuk keterusterangan atas kinerja selama masa kepemimpinannya.
“Ini memang bentuk keterusterangan Presiden, ya. Kita ‘kan bisa melihat kepemimpinan seorang Presiden dari janji-janji politik ketika kampanye yang disampaikan. Ada yang memang dilaksanakan dan mengarah pada tujuan yang diinginkan, tapi ada juga yang tidak dilaksanakan,” ucap Asrinaldi kepada Antara ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat (16/7/2024).
Menurut Asrinaldi, permintaan maaf tersebut juga bentuk autokritik Jokowi atas kinerjanya selama ini. Asrinaldi menilai wajar jika Presiden memulai pidatonya dengan membeberkan pencapaian yang diraih, kemudian menutupnya dengan permintaan maaf.
“Sebagai Presiden, saya pikir ada keterusterangan ini, ada sportifitas seperti ini, tidak masalah, tapi ‘kan bagaimana masyarakat menilai itu tergantung pada masyarakat,” ucapnya.
Asrinaldi mengakui, 10 tahun masa kepemimpinan Jokowi tidak terlepas dari plus dan minus. Oleh karena itu, menurut dia, reaksi masyarakat atas permintaan maaf tersebut penting untuk dicermati.
“Kita tunggulah apakah memang apa yang menjadi pidato beliau ini, reaksi masyarakat seperti apa? ‘Kan banyak juga yang kita dengar, kritikan-kritikan yang memang tidak puas juga dengan kepemimpinan Presiden Jokowi,” imbuhnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan bahwa ia dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin memohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas kekecewaan maupun harapan yang belum bisa terwujud.
“Saya dan Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma’ruf Amin mohon maaf. Mohon maaf untuk setiap hati yang mungkin kecewa untuk setiap harapan yang mungkin belum bisa terwujud, untuk setiap cita-cita yang mungkin belum bisa tergapai,” kata Jokowi pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2024 di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat.
Jokowi terhitung menyampaikan permohonan maaf sebanyak empat kali. Ia menyadari dirinya masih belum sempurna dalam memimpin Indonesia. Oleh karena itu, Kepala Negara merasa perlu meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas segala keterbatasannya.
"Sekali lagi, kami mohon maaf. Ini adalah yang terbaik, yang bisa kami upayakan bagi rakyat Indonesia, bagi bangsa dan negara Indonesia," ujarnya.
Selain itu, Presiden menyadari banyak harapan dan keinginan rakyat yang belum bisa diwujudkan selama 10 tahun masa jabatannya. Terlebih, masih ada program pemerintah yang belum diselesaikan.