Bisnis.com, JAKARTA — Para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina dan membakar bendera Amerika Serikat di luar Union Station, Washington, dalam demonstrasi menentang kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu (24/7/2024) siang, waktu setempat.
Para pengunjuk rasa itu menuntut AS menghentikan bantuan militer ke Israel. Aksi itu dimotori oleh kelompok pro-Palestina dan mahasiswa yang selama berbulan-bulan telah melakukan protes di AS terhadap serangan Israel di Gaza.
Akibat aksi para demonstran, polisi mulai menggunakan semprotan merica kepada ribuan pengunjuk rasa pro-Palestina yang berkumpul di luar Gedung Capitol AS saat Netanyahu berbicara di depan Kongres.
Dilansir Reuters, sesaat sebelum dia mulai berbicara, Polisi Capitol AS mengatakan pengunjuk rasa mencoba melintasi blokade dan tidak mundur ketika diperingatkan.
“Masyarakat tidak mematuhi perintah kami untuk mundur dari garis polisi. Kami menyemprotkan semprotan merica kepada siapa pun yang mencoba melanggar hukum dan melewati garis itu,” kata polisi dalam sebuah pernyataan.
Namun, para demonstran menegaskan bahwa aksi mereka tidak mengancam siapa pun,
“Kami bukan ancaman (kepada polisi),” kata Sarah Bowles, teknisi farmasi dari Delaware yang menghadiri protes dan membantu pengunjuk rasa yang terluka.
Salah satu kelompok pengunjuk rasa mengatakan polisi menyerang demonstran saat mereka berbaris.
Di sisi lain, Netanyahu menyebut para demonstran anti-Israel sebagai idiot yang didanai dan dimanfaatkan Iran. Dalam pidatonya di hadapan Kongres AS, Netanyahu secara spesifik menyampaikan pesan kepada para pengunjuk rasa anti-Israel.
"Saya punya pesan untuk para pengunjuk rasa: Ketika para tiran di Teheran yang menggantung kaum gay di crane dan membunuh perempuan karena tidak menutupi rambut, mereka memuji, mempromosikan dan mendanai Anda. Anda secara resmi telah menjadi Idiot yang bermanfaat bagi Iran," tegas Netanyahu seperti dilansir Reuters, Kamis (25/7/2024).
Adapun, Netanyahu dijadwalkan bertemu Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris pada hari Kamis (25/7/2024) dan mantan Presiden Donald Trump pada hari Jumat (26/7/2024).
Seperti diketahui, serangan militer Israel terjadi setelah serangan Hamas pada 7 Oktober. Israel mengeklaim, serangan itu menewaskan 1.200 orang dan Hamas menyandera sekitar 250 orang.
Sejak saat itu, Israel melancarkan serangan brutal, terutama di Gaza dan menyebabkan lebih dari 38.800 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas, sedangkan lebih dari 89.400 lainnya luka-luka.
Meskipun ada upaya mediasi oleh Amerika Serikat, Qatar dan Mesir; Israel dan Hamas belum menjalin gencatan senjata permanen.