Bisnis.com, JAKARTA -- Nama Wakil Presiden Kamala Harris muncul sebagai kandidat kuat yang akan ditunjuk untuk menggantikan Presiden Joe Biden di posisi teratas Partai Demokrat pada Minggu (21/7/2024).
Sebelumnya, Joe Biden memutuskan untuk keluar dari pencalonan presiden, mengatakan bahwa keputusan tersebut adalah yang terbaik untuk dirinya dan untuk Partai Demokrat.
Biden juga mendukung Kamala untuk maju, terutama melihat rekam jejak Kamala yang tampaknya bisa menjadi pilihan yang paling tepat untuk menggantikannya, dengan catatan politik dan tingkat penerimaannya dapat mempengaruhi peluangnya melawan mantan Presiden Donald Trump.
Lantas siapa sosok Kamala Harris?
Lahir di Oakland, California, dengan nama Kamala Devi Harris pada 20 Oktober 1964 dari dua orang tua imigran, ibunya kelahiran India dan ayah kelahiran Jamaika, orang tuanya bercerai ketika dia berusia lima tahun.
Kamala kemudian dibesarkan oleh ibu tunggal Hindu, Shyamala Gopalan Harris, seorang peneliti kanker dan hak-hak sipil aktivis. Dia tumbuh dengan terikat dengan warisan India, dan sempat menemui ibu kandungnya ketika melakukan kunjungan ke India. Namun Harris mengatakan bahwa ibunya mendidik dia dan adiknya dengan mengadopsi budaya kulit hitam Oakland.
Harris menempuh pendidikannya di Howard University, salah satu perguruan tinggi dan universitas kulit hitam terkemuka di AS. Dia banyak mencari pengalaman tentang politik saat berkuliah. Dia kemudian melanjutkan pendidikan ke University of California, Hastings College of the Law.
Dia memulai karirnya hukumnya di Kantor Kejaksaan Alameda County dan menjadi jaksa wilayah, jaksa tertinggi, untuk San Francisco pada 2003, sebelum terpilih sebagai wanita pertama dan orang kulit hitam pertama yang menjabat sebagai jaksa agung California, pengacara dan pejabat penegak hukum terkemuka di negara bagian terpadat di Amerika.
Dia mendapatkan reputasi sebagai salah satu bintang baru Partai Demokrat, menggunakan momentum ini untuk mendorongnya terpilih sebagai senator junior AS di California pada 2017.
Namun tujuan kepresidenannya tidak berhasil pada tahun 2020. Pasalnya, kemampuannya dalam debat tidak cukup untuk mengimbangi kebijakan yang kala itu tidak disampaikan dengan baik.
Kampanyenya terhenti dalam waktu kurang dari setahun dan Biden-lah yang mengembalikan sosok yang kini berusia 59 tahun itu menjadi sorotan nasional dengan memasukkannya ke dalam kandidatnya.
Gil Duran, direktur komunikasi Harris pada 2013 yang mengkritik pencalonannya sebagai calon presiden, menyebut aksi Biden sebagai “pembalikan nasib yang besar bagi Kamala Harris”.
Harris fokus pada beberapa inisiatif penting selama menjabat di Gedung Putih dan dia berperan penting dalam beberapa pencapaian pemerintahan Biden yang paling dipuji.
Dia meluncurkan tur nasional “Fight for Reproductive Freedom" (Perjuangan untuk Kebebasan Reproduksi) yang mengadvokasi perempuan untuk memiliki hak membuat keputusan tentang tubuh mereka.
Dia menyoroti kerugian yang disebabkan oleh larangan aborsi dan meminta Kongres untuk memulihkan perlindungan Roe v Wade setelah hakim Mahkamah Agung yang konservatif membatalkan hak konstitusional atas aborsi pada 2022.
Harris mencetak rekor baru untuk perolehan suara terbanyak yang diperoleh wakil presiden dalam sejarah Senat. Suaranya bahkan membantu meloloskan Undang-Undang Pengurangan Inflasi dan Rencana Penyelamatan Amerika, yang menyediakan dana bantuan Covid termasuk pembayaran stimulus.
Namun dia juga kesulitan untuk mendapatkan daya tarik yang luas di kalangan warga Amerika, dan menghadapi kritik dari semua pihak.
Meskipun dia condong ke kiri pada isu-isu seperti pernikahan sesama jenis dan hukuman mati, dia berulang kali menghadapi serangan karena dianggap tidak cukup progresif di mata sebagian pemilih Partai Demokrat.
Biden juga pernah meminta Kamala untuk memimpin upaya mengatasi akar penyebab migrasi ketika jumlah imigran yang melarikan diri ke perbatasan AS-Meksiko mencapai rekor tertinggi, sebuah masalah disebut tak banyak kemajuan oleh para penentangnya.
Dia juga menerima reaksi keras dari Partai Republik dan beberapa Demokrat karena memerlukan waktu enam bulan untuk merencanakan perjalanan ke perbatasan setelah menjabat.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, ketika spekulasi mengenai kemampuan Biden untuk menang pada pemilu November terus berkembang, dia mendapatkan dukungan baru.