Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris kini menjadi pengganti Presiden Joe Biden untuk maju sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024.
Harris yang berusia 59 tahun telah mendapatkan dukungan besar dan memiliki daya tarik yang kuat dengan blok pemilih penting bagi Partai Demokrat. Ia juga merupakan wanita kulit berwarna pertama yang menjabat sebagai Wakil Presiden.
Kamala merupakan putri dari seorang imigran India, mendiang Shyamala Gopalan, dan seorang ayah dari Jamaika, Donald Harris. Sang ayah merupakan profesor ekonomi di perguruan tinggi dan ibunya adalah peneliti kanker payudara. Harris sering menyebut ibunya menjadi panutan.
Dalam memoarnya "The Truths We Hold: An American Journey," Harris mengenang saat menghadiri protes hak-hak sipil bersama orang tuanya saat masih kecil. Hal ini kemudian menjadi sumber inspirasi utama bagi keputusannya untuk mengejar karier sebagai pengacara, dan kemudian terjun ke politik..
Harris berkuliah di Universitas Howard dan merupakan anggota Alpha Kappa Alpha, perkumpulan mahasiswi kulit hitam tertua di AS.
Ia memiliki gelar hukum dari UC Law San Francisco dan memulai kariernya sebagai wakil jaksa wilayah di Oakland, California pada 1990. Harris memulai kariernya dengan menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan anak.
Baca Juga
Sebelum menjadi Wakil Presiden, ia selalu menjadi yang pertama di hampir setiap jabatan yang pernah dipegangnya.
Pada 2003, Harris terpilih sebagai jaksa wilayah San Francisco, menjadi wanita kulit hitam pertama yang menjabat posisi tersebut. Setelah itu, ia juga terpilih sebagai orang Afrika-Amerika pertama dan wanita pertama yang menjabat sebagai jaksa agung California.
Harris menyebut dirinya sebagai jaksa progresif, sering menyatakan bahwa salah satu fokus utamanya adalah reformasi peradilan pidana. Meskipun demikian, dia mendapat kritik mengenai rekam jejak peradilan pidananya, dengan beberapa pihak di kubu kiri menunjuk pada peningkatan jumlah hukuman.
Dalam bukunya pada 2009 "Smart on Crime," Harris menulis tentang filosofinya mengenai intervensi dini dan rehabilitasi bagi pelanggar pertama kali yang tidak melakukan kekerasan.
Kemudian, pada 2016, Harris terpilih sebagai senator AS yang mewakili Negara Bagian California. Ia menjadi senator Asia Selatan pertama dalam sejarah. Sebagai anggota Komite Kehakiman, Harris dikenal karena interogasinya yang tajam terhadap pejabat dan calon pejabat pemerintahan Trump.
Harris menghadapi berbagai kesulitan sepanjang kariernya di politik nasional, termasuk beberapa kesalahan yang dibuatnya sendiri.
Kampanye Presiden 2020 dimulai dengan harapan tinggi, tetapi berakhir sebelum kaukus Iowa karena dia kesulitan menyampaikan pesan yang jelas kepada pemilih dan timnya mengalami pertikaian internal.
Harris kemudian keluar dari perlombaan pada Desember 2019. Biden memilihnya sebagai pasangan calon wakil presiden pada Agustus 2020.
Ketika Joe Biden mundur dari pemilihan presiden AS, ia kemudian dengan cepat menjelaskan bahwa ia hanya memikirkan satu pengganti, yakni memilih Wakil Presidennya.
Biden menuturkan bahwa keputusan tersebut adalah keputusan terbaik yang pernah ia buat, dan menyatakan dukungan penuh bagi Harris. Ia juga menyerukan bagi Partai Demokrat untuk bersatu dan mengalahkan Trump.
Nantinya jika Harris terpilih, ia akan menjadi presiden wanita pertama di Negeri Paman Sam, dan merupakan presiden kulit hitam kedua.