Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Uni Eropa, China, dan AS Bisa Jadi Mediator Perundingan Damai dengan Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Uni Eropa, China, dan AS dapat bertindak sebagai mediator dalam perundingan damai antara Ukraina dan Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menghadiri konferensi pers di Odesa, Ukraina 13 Oktober 2023./Reuters
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menghadiri konferensi pers di Odesa, Ukraina 13 Oktober 2023./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Uni Eropa, China, dan Amerika Serikat (AS) dapat bertindak sebagai mediator dalam perundingan damai antara Ukraina dan Rusia, karena memiliki ekonomi dan militer yang kuat. 

Zelensky menegaskan sekali lagi bahwa formula perdamaiannya tidak memiliki alternatif, dan menolak usulan lain untuk mengakhiri konflik dengan Rusia. 

"Hanya sekutu yang serius dan kuat yang dapat menjadi penengah. Apakah ada banyak negara seperti itu di dunia? Tidak, tidak banyak. Saya kira Amerika Serikat adalah salah satu negara itu, China, dan Uni Eropa. Bukan hanya satu negara, tetapi seluruh Uni Eropa. Itu bisa menjadi semacam misi mediasi," katanya dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Polandia Donald Tusk di Warsawa, yang disiarkan oleh saluran TV Rada.

Dia mencatat bahwa keputusan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban untuk pergi ke Moskow guna berunding dengan Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan inisiatif pribadinya dan tidak dikoordinasikan dengan Kyiv. 

Sebelumnya, pemimpin Ukraina itu mencatat bahwa isu-isu tertentu dapat diselesaikan dengan Rusia melalui negosiasi dan dokumennya dapat disusun dengan cepat.

Dilansir TASS, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam sebuah pertemuan bahwa pasukan Ukraina perlu ditarik dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, serta Wilayah Kherson dan Zaporozhye, pada 14 Juni lalu. 

Dia mengatakan bahwa setelah Kyiv menyatakan siap untuk melakukan hal itu dan benar-benar mulai menarik pasukannya dari wilayah tersebut, maka segera setelah secara resmi membatalkan rencananya untuk bergabung dengan NATO, Rusia akan segera memerintahkan gencatan senjata dan memulai perundingan.

Setelah itu, Rusia menganggap perlu mencabut semua sanksi Barat terhadapnya dan menetapkan status Ukraina sebagai negara nonblok dan bebas nuklir. 

Putin mengindikasikan bahwa jika Ukraina dan Barat menolak persyaratan ini, kondisi tersebut dapat berubah di masa mendatang. Namun, Kyiv secara tegas telah menolak rencana perdamaian Rusia tersebut. 

Rusia telah berulang kali menyatakan bahwa formula perdamaian Ukraina tidak dapat diterima. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mencatat bahwa pernyataan Kyiv tentang penyelesaian damai tidak memperhitungkan realitas yang ada di lapangan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper