Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pidato Kelulusan University of Chicago, Mahasiswa Indonesia Serukan Gencatan Senjata di Palestina

Seruan gencatan senjata permanen di Palestina, juga agar kalangan akademik tidak diam soal Palestina, disampaikan dalam wisuda University of Chicago, AS.
Mahasiswa Indonesia menyampaikan seruan gencatan senjata permanen di Palestina dalam pidato kelulusan di wisuda Harris School of Public Policy University of Chicago. / dok. Harris School of Public Policy
Mahasiswa Indonesia menyampaikan seruan gencatan senjata permanen di Palestina dalam pidato kelulusan di wisuda Harris School of Public Policy University of Chicago. / dok. Harris School of Public Policy

Bisnis.com, JAKARTA — Mahasiswa Indonesia sekaligus pemberi pidato kelulusan di Harris School of Public Policy University of Chicago, Muhammad Fajar Nugraha menyerukan gencatan senjata permanen di Palestina.

Pesan itu disampaikan Fajar mewakili 608 lulusan Harris School of Public Policy, yang ditayangkan di akun YouTube Harris School of Public Policy University of Chicago pada Rabu (26/6/2024).

Mereka merupakan mahasiswa dari berbagai latar belakang ras dan kebangsaan yang telah menyelesaikan studi magister kebijakan publik.

Mengutip dari akun YouTube Harris School of Public Policy, Fajar menekankan tiga hal untuk menjadi perhatian para pembuat kebijakan di seluruh dunia.

Pertama, jejaring dan kolaborasi para pembuat kebijakan publik di seluruh dunia sangat penting untuk menjawab tantangan sosial dan kemanusiaan saat ini.

Kedua, Fajar menekankan bahwa data dan statistik adalah alat untuk menjawab berbagai tantangan sosial dan kemanusiaan. Dalam studinya sendiri, Fajar berfokus pada isu kebijakan pembangunan internasional, makroekonomi, dan sistem keuangan.

"Data dan statistik harus menjadi instrumen untuk membantu kemanusiaan, bukan untuk memperlakukan manusia sebatas angka belaka," kata Fajar dalam pidatonya, dikutip pada Sabtu (29/6/2024).

Ketiga, Fajar menantang kesunyian kampusnya sendiri, University of Chicago dan kampus-kampus elit di Amerika Serikat yang membungkam protes pro kemanusiaan atau pro Palestina.

"Seperti yang disampaikan Doctor King, 'tiba masanya di mana diam adalah pengkhianatan'. Kita tidak bisa terus melihat tragedi yang mengerikan [di Palestina] ini. Mimpi buruk ini harus dihentikan," kata Fajar.

Dia mengajak para lulusan Harris dan seluruh pemangku kebijakan publik untuk bergabung dalam tuntutan global, yakni mendorong gencatan senjata permanen dan perdamaian yang berkelanjutan di Palestina.

"Kawan-kawan, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, kebijakan seperti apa dan perubahan apa yang ingin kita buat? Apakah kalian nanti berada di lembaga nonprofit, instansi pemerintahan, korporasi, atau menjadi akademisi, kita harus selalu saling mendengarkan satu sama lain," kata dia.

Sebagai mahasiswa yang terpilih untuk memberikan pidato kelulusan di Harris School of Public Policy, dia menyadari momen tersebut harus digunakan untuk menyampaikan pengingat bagi para pembuat kebijakan publik untuk selalu berpihak pada kemanusiaan.

Dia juga berharap bahwa ilmu yang diperolehnya dari University of Chicago itu dapat bermanfaat bagi Tanah Air. Pasalnya, banyak isu ekonomi, sosial, dan kemanusiaan yang perlu dicarikan solusinya saat ini.

Partisipasi dan kolaborasi aktif dari Indonesian brightest minds di seluruh dunia menjadi kunci utama dalam menjawab tantangan tersebut karena tidak mungkin hanya satu orang dapat mengubah keadaan sendirian,

"Sangat penting untuk membangun jejaring diaspora, karena brain circulation menjadi fenomena utama di era digital ini," tuturnya.

Fajar juga berupaya mengimplementasikan ilmunya dalam isu makroekonomi, sistem keuangan, juga kebijakan industri yang berkelanjutan dan inklusif.

Sebelum menempuh studi S2, Fajar menyelesaikan studinya di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dan Universitas Indonesia, serta berpengalaman bekerja di Kementerian Keuangan, Bank Dunia, juga International Financial Corporation (IFC).

"Saya juga berharap agar dapat turut berpartisipasi dalam mewujudkan iklim demokrasi dan proses pembuatan kebijakan yang partisipatif, sehat, dan berbasis data di Indonesia," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper