Bisnis.com, JAKARTA - Para pilot mengkhawatirkan risiko kecelakaan di udara seiring dengan masalah kekurangan petugas pengatur lalu lintas udara (air traffic controller/ATC) yang terjadi di Australia.
Sebagai contoh, saat ini tidak ada shift malam di menara ATC di Darwin, yang merupakan gerbang di wilayah utara untuk beberapa maskapai, termasuk Qantas Airways Ltd. dan Virgin Australia. Dilansir Bloomberg pada Rabu (19/6/2024), dari jadwal yang beredar, pada tengah malam dan hamper setiap hari, lebih dari belasan penerbangan tidak mendapatkan arahan dari ATC.
Di pantai timur laut Australia, bandara di Townsville, yang merupakan titik awal yang populer untuk Great Barrier Reef, tidak memiliki staf di menara pengawasnya pada akhir pekan. Hampir 50 layanan komersial harus mengoordinasikan pendaratan atau lepas landas mereka sendiri pada hari Minggu.
Krisis tenaga kerja di menara pengatur lalu lintas udara menambah risiko selama lonjakan perjalanan pasca-Covid. Para awak pesawat mengambil tugas yang biasanya merupakan tanggung jawab para pengawas lalu lintas udara.
Pilot mengatakan pendaratan tanpa arahan dari menara menghilangkan lapisan keamanan yang penting pada periode kritis penerbangan.
Awak pesawat pun menyuarakan kekhawatiran mereka setelah lonjakan lalu lintas penumpang. Terlebih, maskapai penerbangan telah menjadwalkan 866 penerbangan ke Darwin bulan ini. Jumlah ini merupakan yang terbanyak sepanjang tahun berjalan, naik dari level terendah era Covid sebesar 171 pada Mei 2020, menurut data Cirium.
Baca Juga
Pekerjaan konstruksi landasan pacu di bandara yang membatasi pergerakan pesawat membuat pendaratan dan lepas landas tanpa bantuan menjadi lebih rumit, kata pilot.
Menanggapi hal tersebut, Otoritas Keselamatan Penerbangan Sipil Australia mengatakan mereka merasa cukup dengan pengaturan antara pukul 10 malam dan 6 pagi untuk lalu lintas di Darwin.
Regulator mengatakan bahwa mereka bekerja sama dengan departemen pertahanan, yang bertanggung jawab atas kontrol lalu lintas udara di Darwin, untuk mendukung pelayanan ke tingkat sebelumnya.
Sementara, Kementerian Pertahanan Australia tidak menanggapi permintaan komentar.
Seorang juru bicara Airservices Australia, badan pemerintah yang mengelola wilayah udara, mengatakan ada kekurangan petugas di beberapa area tetapi keselamatan tidak pernah terganggu.
Organisasi tersebut telah merekrut dan melatih 100 pengontrol lalu lintas udara baru sejak 2020 dan lebih dari 70 lainnya akan bergabung pada tahun fiskal 2025, katanya.
Seperti industri penerbangan lainnya, pengontrol lalu lintas udara di seluruh dunia mengalami pukulan selama pandemi, dengan banyak pemutusan hubungan kerja ketika penerbangan internasional terhenti.
Serapan tenaga kerja di pengawas lalu lintas udara untuk menjaga keselamatan penerbangan telah gagal mengimbangi pemulihan industri yang cepat.
Jumlah personel yang berkurang menjadi sorotan global setelah serangkaian insiden nyaris terjadi di landasan pacu di AS, termasuk hampir terjadi tabrakan di Bandara Nasional Ronald Reagan Washington pada bulan April antara penerbangan JetBlue Airways Corp. dan pesawat Southwest Airlines Co. Pada bulan Januari, kecelakaan beruntun di landasan pacu di Tokyo menewaskan lima orang.
Kekhawatiran keselamatan di antara para pengendali lalu lintas udara di Sydney muncul awal tahun lalu ketika staf menyerahkan sedikitnya 15 laporan rahasia kepada penyelidik keselamatan transportasi. Beberapa memperingatkan bahwa kecelakaan hampir tidak dapat dihindari kecuali jika kekurangan tenaga kerja ditangani.
Minggu lalu, pemberitahuan perencanaan penerbangan pilot memperingatkan bahwa menara kontrol di bandara-bandara di seluruh Australia mengalami kekurangan staf Airservices pasca-Covid. Daftar tersebut mencakup bandara-bandara di ibu kota negara, Canberra, dan Hobart, ibu kota Tasmania.
"Tanpa kontrol lalu lintas udara, kemungkinan terjadinya kesalahan oleh satu pesawat atau pilot meningkat, dan kemampuan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan tersebut berkurang drastic. Kami ingin melihat operasi normal kembali secepat mungkin," kata Tony Lucas, seorang pilot senior Qantas yang juga menjabat sebagai presiden Asosiasi Pilot Australia dan Internasional.