Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah, khususnya Kementerian Agama, diminta untuk meningkatkan pengawasan terhadap jemaah haji asal Indonesia agar tidak tersesat dan hilang pada puncak ibadah haji 2024.
Ketua Komisi VIII DPR RI, Ashabul Kahfi mengatakan bahwa saat ini seluruh jemaah haji tengah dalam proses wukuf di Padang Arafah. Kemudian malam harinya, seluruh jemaah haji akan bergerak ke Muzdalifah dan ke Mina untuk melempar jumroh.
Dia mengaku khawatir banyak jemaah haji asal Indonesia akan tersesat dan hilang saat proses tersebut dilaksanakan.
"Saya meminta agar pendorongan jemaah dari Arafah ke Muzdalifah hingga ke Mina tetap menjadi pantauan kita bersama agar peristiwa tragedi Muzdalifah tidak terulang kembali," tuturnya di Jakarta, Minggu (16/6/2024).
Selain itu, dia juga meminta para petugas haji asal Indonesia dan Arab Saudi bekerja sama untuk mengawasi seluruh jemaah haji asal Indonesia yang bergerak dari Mina ke Jamarat agar tidak hilang atau salah jalur.
"Ingat pekerjaan kita belum selesai, kita ini harus mengawal dan mengawasi seluruh proses rangkaian ibadah haji hingga pulang ke Tanah Air," katanya.
Baca Juga
Ashabul menegaskan bahwa seluruh proses rangkaian ibadah haji akan menjadi bahan evaluasi bagi Komisi VIII nanti dalam rangka meningkatkan kualitas layanan haji di tahun depan.
"Jadi semua temuan dari tim pengawas haji akan menjadi bahan evaluasi kita bersama agar kualitas dan layanannya meningkat," ujarnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, tragedi di Muzdalifah terjadi pada 2023 lalu lantaran ribuan jemaah merana dan sengsara serta penuh jeritan dan tangis.
Pada saat itu ribuan jemaah yang bergerak dari Arafah untuk melaksanakan mabit di Muzdalifah seharusnya dijemput bus lalu bergerak ke Mina untuk persiapan lempar jumrah. Namun, evakuasi oleh armada perusahaan travel terlambat selama berjam-jam dengan alasan kemacetan hebat.
Akibatnya, ribuan jemaah Indonesia tertahan di Muzdalifah yang minim tempat berteduh sehingga terpapar sinar matahari yang sangat terik, tanpa suplai air dan makanan.
Tragedi di Muzdalifah dilaporkan berimbas bagi daya tahan dan kesehatan jemaah yang masih harus segera ke Mina dan melanjutkan prosesi lempar jumrah di Jamarat dengan jarak tempuh panjang. Alhasil, banyak jemaah yang ambruk dan jatuh sakit.