Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin memberikan pembelaan terkait dengan janji atau target dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun rumah layak huni di Malawei yang tak kunjung rampung.
Sekadar informasi , pada 2014 dan 2019 silam, Presiden Ke-7 RI itu pernah mengunjungi pemukiman tersebut. Kala itu, Kepala Negara menjanjikan 350 unit rumah layak huni bagi masyarakat nelayan Malawei.
Namun, hingga 2021, baru 40 unit rumah yang terealisasi, dan kondisi rumah-rumah tersebut telah mengalami kerusakan.
Mengetahui bahwa jumlah unit rumah yang dibangun masih jauh dari jumlah target yang dijanjikan, Ma’ruf Amin memastikan bahwa pembangunan ratusan unit rumah di pemukiman tersebut tetap akan berlanjut hingga tahun depan.
“Sisa yang 310 ini sesuai dengan janji pemerintah, ini akan dilakukan penambahannya. Pada 2025 sudah direncanakan dari pihak PUPR,” ujarnya kepada wartawan dikutip melalui Youtube Sekretariat Wapres, Jumat (7/6/2024).
Orang nomor dua di Indonesia itu pun tak menampik bahwa pembangunan akan dilanjutkan oleh pemerintahan selanjutnya yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
“Dan kita harapkan, nantinya oleh pemerintah yang baru juga akan ada kelanjutannya,” imbuhnya.
Di samping itu, Wapres ke-13 RI itu juga mendengarkan aspirasi masyarakat setempat bahwa rumah yang mereka huni, yakni unit rumah dengan tipe 36, tidak memiliki dapur.
Sehingga, Mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengaku akan mempertimbangkan dalam memfasilitasi kebutuhan mereka dengan mengubah unit rumah yang akan dibangun dari tipe 36 menjadi 45.
“Jadi sekarang permintaannya diperbesar menjadi tipe 45. Dan dari perencanaan yang sudah disiapkan oleh Dirjen Perumahan, itu memang yang akan dibangun, yang akan datang itu tipenya sudah tipe 45. Ini bagian daripada komitmen pemerintah,” pungkas Ma’ruf.
Untuk diketahui, kelurahan Malawei memiliki populasi sebesar 13.840 jiwa dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Mayoritas penduduknya yang tinggal di rumah panggung sepanjang pesisir pantai, merupakan Orang Asli Papua (OAP) yang bekerja sebagai nelayan sehingga memiliki penghasilan yang rendah.