Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa perekonomian China dinilai penting bagi kawasan Asia dan Pasifik. Terdapat beberapa tanda-tanda pemulihan di kuartal pertama namun masih terdapat beberapa risiko.
Direktur Departemen Asia dan Pasifik, Krishna Srinivasan dalam Press Briefing, Selasa (30/4/2024) menuturkan bahwa PDB kuartal I/2024 China telah menguat dan pembacaan Maret 2024 untuk manufaktur dan PMI sangat kuat. Namun sektor properti masih melesu.
“Perlambatan yang lebih berlarut-larut di China akan menjadi berita buruk bagi kawasan ini karena beberapa alasan,” jelasnya.
Penurunan harga ekspor dari China sepanjang paruh kedua 2023 telah menekan margin keuntungan para pesaing regional, seperti Vietnam dan Korea, yang memproduksi barang serupa.
Namun, terdapat juga sisi positif, dengan dukungan kebijakan yang kuat dari pemerintah China terutama dalam mengatasi masalah di sektor properti yang diharapkan dapat memulihkan kepercayaan konsumen dan meningkatkan permintaan domestik. Hal Ini dapat membawa dampak positif bagi negara-negara di kawasan.
Di sisi lain, peningkatan kapasitas produksi yang berlebihan di China berpotensi memperburuk tekanan deflasi dan memicu friksi. Situasi ini diperparah oleh konflik global, seperti serangan terhadap kapal kargo di Laut Merah yang telah menyebabkan pengalihan rute dan peningkatan harga kontainer.
Baca Juga
“Gangguan pengiriman sangat merugikan bagi negara-negara Kepulauan Pasifik, yang sangat bergantung pada impor dan tidak terhubung dengan jaringan pelayaran global,” tuturnya.
Berbagai gesekan tersebut dapat memperkuat dampak perdagangan. Hanya sedikit wilayah yang telah mendapatkan manfaat dari integrasi perdagangan seperti Asia. Untuk itu, ia menilai fragmentasi geoekonomi terus menjadi risiko yang besar.
Adapun, dalam laporan Regional Economic Outlook Asia and Pacific terbaru yang dirilis Selasa (30/4/2024) IMF memproyeksikan perekonomian China akan bertumbuh sebesar 4,6%, lebih tinggi 0,4% jika dibandingkan proyeksi pada Oktober 2023. Proyeksi China untuk 2025 tidak berubah, yakni sebesar 4,1%.