Bisnis.com, JAKARTA – Taiwan melaporkan adanya aktivitas militer China di dekat wilayahnya pada Sabtu (27/4/2024), sehari setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengakhiri kunjungannya ke China.
Melansir Reuters, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan telah mendeteksi 22 pesawat militer China, termasuk pesawat tempur Sukhoi SU-30, sejak pukul 09.30 pagi waktu setempat (8.30 WIB). Adapun 12 pesawat di antaranya melewati garis tengah Selat Taiwan.
AS adalah pendukung internasional dan pemasok senjata Taiwan yang paling penting meskipun tidak ada hubungan diplomatik formal. Selama berada di China, Blinken mengatakan bahwa ia telah menekankan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di selat.
Taiwan yang diperintah secara demokratis telah menghadapi tekanan militer yang meningkat dari Cina, yang menganggap pulau itu sebagai wilayahnya sendiri. Pemerintah Taiwan menolak klaim tersebut.
Garis tersebut pernah berfungsi sebagai perbatasan tidak resmi antara kedua belah pihak yang tidak dilintasi oleh militer kedua belah pihak, tetapi angkatan udara China sekarang secara teratur mengirimkan pesawat di atasnya. China mengatakan bahwa mereka tidak mengakui keberadaan garis tersebut.
Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan bahwa pesawat-pesawat tersebut terlibat dalam "patroli kesiapan tempur bersama" dengan kapal-kapal perang China, dan menambahkan bahwa pesawat dan kapal Taiwan merespons dengan tepat.
Baca Juga
Angkatan bersenjata Taiwan dilengkapi dengan peralatan yang lengkap dan terlatih dengan baik, namun kalah dengan angkatan bersenjata China, terutama angkatan laut dan angkatan udara, yang hampir setiap hari merespons misi-misi China.
China menganggap Taiwan sebagai isu terpenting dalam hubungannya dengan AS, dan telah berulang kali menuntut AS untuk menghentikan penjualan senjata ke Taiwan.
Presiden Taiwan terpilih Lai Ching-te mulai menjabat pada tanggal 20 Mei 2024 setelah memenangkan pemilihan umum pada bulan Januari. Beijing menganggapnya sebagai separatis yang berbahaya dan telah menolak ajakan untuk melakukan pembicaraan.
Lai mengatakan pada hari Kamis bahwa China harus memiliki kepercayaan diri untuk berbicara dengan pemerintah Taiwan yang terpilih secara sah. Seperti Presiden Tsai Ing-wen yang akan segera mengakhiri jabatannya, Lai mengatakan bahwa hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depan mereka.