Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden Parlemen Rusia Pyotr Tolstoy secara terbuka mengancam akan meluncurkan bom nuklir ke Paris jika pasukan Prancis bergerak ke Ukraina.
Ancaman ini dilontarkan sebagai respons pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang memperingatkan akan mengirimkan pasukan ke garis depan Ukraina jika Putin kembali melancarkan serangan ke Kyiv.
Macron secara dramatis mengklaim bahwa tidak boleh ada lagi garis merah untuk keterlibatan Prancis yang tentaranya merupakan bagian dari kekuatan global NATO.
Sebagai tanggapan atas ancaman tersebut, Tolstoy dalam wawancara dengan jaringan televisi Prancis, BFM TV, sang politisi menegaskan bahwa Rusia sedang "memperhitungkan" kemungkinan serangan nuklir ke Paris.
Tolstoy yang juga salah satu sekutu Vladimir Putin tersebut mengatakan bahwa proyektil yang ditembakkan dari Rusia dapat mencapai ibu kota Prancis dalam waktu kurang dari dua menit.
"Apa yang penting secara historis bagi Rusia adalah memastikan keamanan negara. Negara-negara NATO, termasuk Prancis, menempatkan rudal di sekitar perbatasan Rusia," ungkap Tolstoy seperti dilansir dari The Sun, Jumat (22/3/2024).
Baca Juga
Dalam sebuah pertemuan pribadi dengan para pemimpin oposisi di Istana Elysee, Macron menjelaskan alasan untuk melangkah ke dalam perang yang kini telah berlangsung selama dua tahun tersebut.
Dia menunjukkan peta kepada anggota senior pemerintah Prancis yang mencakup titik-titik rawan di mana Rusia dapat maju ke Odesa atau Kyiv, menurut media Prancis L'Independant.
Tak hanya mengancam luncurkan nuklir, Tolstoy juga berjanji akan membunuh semua tentara Prancis yang akan dikerahkan di Ukraina.
Ini bukan pertama kalinya Macron membuat Putin dan kroni-kroninya marah. Sebelumnya ia mengklaim bahwa NATO dan negara-negara Uni Eropa akan segera mengerahkan pasukan ke garis depan.
Pidato tersebut memicu tanggapan marah dari Kremlin, mendorong Putin untuk mengeluarkan kepala militernya yang menyampaikan peringatan yang mengganggu.
Kolonel Jenderal Vladimir Zarudnitsky mengatakan bahwa perang brutal di Ukraina dapat segera meluas ke Eropa dan menyulut konflik global yang menakutkan yang telah diperingatkan oleh para ahli.
Pada Kamis (21/3), Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU) Oleksandr Syrskyi mengkonfirmasi melalui Telegram bahwa sebuah pembicaraan telepon telah berhasil dilakukan dengan para petinggi militer Prancis.
Syrskyi mengatakan bahwa Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Republik Prancis, Jenderal Angkatan Darat Thierry Burkar, telah mendapat informasi mengenai situasi di medan perang.
"Dia (Burkar) berterima kasih kepada Pemerintah Republik Prancis dan rakyat Prancis atas dukungan mereka yang konstan dan konsisten kepada Ukraina," tambah Syrskyi.