Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) akan menyelidiki indikasi penggelembungan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di sistem rekapitulasi suara (Sirekap) milik Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Komisioner Bawaslu RI Lolly Suhenty menyadari banyak masyarakat yang mencurigai adanya operasi senyap dalam lonjakan perolehan suara PSI belakangannl ini. Oleh sebab itu, para pengawas di daerah sedang menyelidiki dugaan tersebut.
"Saat ini kami masih menunggu dari bawah. Tapi informasi yang masuk ke kami banyak sehingga dalam konteks ini Bawaslu mengkompilasi masukan-masukan yang masuk," ujar Lolly di Kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Senin (4/3/2023).
Dia mengaku, Bawaslu langsung lakukan pencermatan di tingkat kabupaten/kota hingga provinsi ihwal indikasi penggelembungan suara PSI itu. Bawaslu, lanjutnya, sedang mengkompilasi perolehan suara PSI.
"Supaya nanti begitu rekap nasional kita punya dokumen untuk mencermati lagi," jelasnya.
Lolly menjelaskan, Bawaslu selalu berupaya melakukan koreksi mulai dari tingkat terbawah. Dengan demikian, jika ada dugaan pelanggaran pemilu seperti indikasi penggelembungan suara PSI ini maka Bawaslu punya dokumen pendukung.
Baca Juga
Sebagai informasi, Bisnis telah mencermati lonjakan suara PSI itu sejak tanggal 20 Februari 2024. Pada Senin pukul 06.00 WIB suara PSI masih di kisaran angka 2,54% dengan persentase suara yang masuk sebesar 57,94%. Angka itu cenderung stagnan sampai akhirnya pada tanggal 26 Februari 2024, pukul 04.00 WIB, suara PSI telah berada di angka 2,68%.
Sejak saat itu, suara PSI mulai secara simultan mengalami kenaikan yang cukup eksponensial. Hanya sehari berselang, suara PSI telah mencapai 2,75% atau secara persentase naik 0,87% hampir 1%.
Tren itu terus berlangsung, pada tanggal 28 Februari suara PSI telah menembus angka 2,79%. Pada hari berikutnya, 29 Februari 2024, suara PSI di angka 2,85%. Puncaknya, pada tanggal 1 Maret, perolehan suara PSI telah menembus angka 3% dan semakin mendekati ambang batas parlemen atau parliamentary threshold di angka 4%.