Bisnis.com, JAKARTA -- Kemenangan pasangan calon (paslon) nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, versi hitung cepat alias quick count sudah dapat diprediksi. Pasalnya, jauh-jauh hari sebelum pemungutan berlangsung, mayoritas lembaga survei telah mengungkap tanda-tanda kemenangan Prabowo-Gibran bahkan untuk satu putaran.
Prabowo-Gibran adalah paslon capres dan cawapres yang didukung oleh mayoritas partai di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Secara de facto paslon ini didukung oleh presiden Joko Widodo (Jokowi), meski secara de jure alias legal formal, Jokowi selalu menyatakan netralitasnya dalam pelaksanaan kontestasi Pilpres 2024.
'Kehadiran' Jokowi kepada paslon nomor urut 2 itu setidaknya tercermin dari sosok Gibran, relawan-relawannya, hingga pengusungan narasi tentang keberlanjutan. Bayang-bayang Jokowi di paslon nomor 2 itu turut berpengaruh positif secara elektoral terhadap perolehan suara Prabowo-Gibran dalam kontestasi Pilpres 2024, setidaknya masih versi hitung cepat.
Mayoritas lembaga yang melakukan hitung cepat menempatkan Prabowo-Gibran sebagai pemenang. Persentasenya cukup tinggi yakni di atas 55 persen. Gap atau jarak suara dengan dua kompetitornya, yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD cukup jauh.
Hasil hitung cepat versi Indikator Politik, misalnya, menunjukkan bahwa perolehan suara Prabowo-Gibran 58%, Anies-Muhaimin 25,32%, dan Ganjar-Mahfud 16,68%. Angka itu dihitung dari data yang masuk sebanyak 97,63% per pukul 06:11 WIB.
Sementara itu, versi Lembaga Survei Indonesia alias LSI, dengan data yang masuk 95,45%, Prabowo-Gibran 57,47%, Anies-Muhaimin 25,30%, dan Ganjar-Mahfud di angka 17,23%. Versi Poltracking, data masuk 95,67%, perolehan suara Prabowo-Gibran mencapai 59,35%, Anies-Muhaimin 24,27%, dan Ganjar-Mahfud 16,28%.
Baca Juga
Tak sekadar menang secara nasional, Prabowo-Gibran juga menyapu bersih provinsi-provinsi yang menjadi basis suara Jokowi pada Pemilihan Presiden pada 2019 lalu, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada Pilpres 2024 lalu, Jokowi menang telak di dua provinsi ini.
Selain basis suara Jokowi, Jateng dan Jawa Timur adalah dua daerah yang secara tradisional merupakan basis suara bagi pendukung nasionalis khususnya PDI Perjuangan (PDIP) dan nahdliyin alias NU yang merupakan ceruk suara bagi PKB pada pemilu 2019 lalu. PDIP dalam Pilpres 2024 mengusung Ganjar Mahfud dan PKB mengusung Anies-Muhaimin. Menariknya, capres usungan PDIP dan PKB kalah telak di dua wilayah ini.
Adapun real count KPU, angka kemenangan Jokowi di Jawa Timur pada Pilpres 2019 lalu mencapai 65,79% dan Jawa Tengah 77,26%. Sementara itu, jika mengacu kepada hasil hitung cepat di Indikator dan LSI, perolehan suara Prabowo-Gibran di Jatim berada di kisaran 64% dan Jateng 52,9% atau nyaris 53%.
Kendati tidak sebesar Jokowi, hasil suara Prabowo versi hitung cepat di dua provinsi ini pada Pilpres 2024 naik cukup signifikan. Sebagai perbandingan, pada Pemilu 2019 lalu, Prabowo di Jateng hanya memperoleh suara 22,74% (versi real count KPU) sekarang hampir 53% (quick count). Sementara di Jawa Timur, Prabowo dari 34,21% menjadi 64%.
Di sisi lain, hasil hitung cepat juga mengungkap fenomena lain, persentase kemenangan Prabowo di Jawa Barat yang menjadi basis suara tradisionalnya, justru menunjukkan penurunan dibanding hasil real count KPU pada 2019 lalu, angkanya tipis yakni dari 59,93% (2019) menjadi di kisaran 57,3% - 58,7% (2024) versi hitung cepat LSI dan Indikator Politik.
Namun demikian, terlepas dari tren tersebut, capaian suara di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat tersebut meski masih dalam range hitung cepat alias quick count, merupakan tanda-tanda alias tetenger bagi Prabowo-Gibran untuk memenangkan Pilpres 2024 1 putaran.
Efek Jokowi
Perolehan suara Prabowo-Gibran khususnya di provinsi yang menjadi lumbung suara, khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah tidak lepas dari peran Joko Widodo alias Jokowi. Jokowi sangat populer di wilayah ini.
Apalagi, tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi cukup tinggi. Secara nasional approval rating Jokowi berada di angka yang cukup tinggi di kisaran 79 persen versi Indikator Politik. Khusus di Jateng dan Jawa Timur, kepuasan publik terhadap Jokowi versi Indikator Politik mencapai 82,8 persen dan 88,3 persen.
Adapun kepuasan publik terhadap Jokowi tersebut dipicu oleh sejumlah indikator, salah satu pemicunya adalah pemberian bantuan kepada masyarakat. Sementara data survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 20 Januari 2024 misalnya, menunjukkan pembagian bantuan kepada masyarakat termasuk bansos menjadi indikator utama yang buat masyarakat puas dengan kinerja Jokowi (30%).
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan alasan rakyat puas ke Jokowi karena infrastruktur (24,5%) atau murni karena menganggap kinerja Jokowi sudah bagus (18,3%).
Pemberian bantuan, khusus bantuan sosial, memang cukup massif dilakukan oleh Jokowi menjelang coblosan Pilpres 2024. Jokowi bahkan turun langsung membagi-bagikan bansos. Sebagai presiden Jokowi rela keluar masuk kampung hingga naik turun wilayah pegunungan untuk menyerahkan bansos ke masyarakat. Suatu pekerjaan yang menurut Jusuf Kalla, seharusnya dilakukan oleh seorang camat.
Aksi Jokowi bagi-bagi bansos ini memicu polemik. Ada tudingan tentang politisasi bansos. Apalagi daerah yang diguyur bansos oleh Jokowi secara langsung adalah kandang banteng, basis pendukung PDIP. PDIP adalah pendukung Jokowi sejak dari Wali Kota, Gubernur, hingga presiden 2 periode. Keduanya pecah kongsi dalam Pilpres 2024.
Kabar politisasi bansos ini jelas dibantah oleh kubu Istana. “Ya, beliau melihat kembali berapa program perlindungan sosial yang sudah dicanangkan sejak periode pertama,” ujar Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana awal Januari lalu.
Kecurangan Terstruktur?
Selain bansos, kemenangan Prabowo juga dituding karena dugaan adanya kecurangan terstruktur. Pengerahan aparat desa, kriminalisasi kepala desa, hingga dugaan pelibatan aparat penegak hukum menjadi isu yang santer terdengar sebelum pemungutan suara dilakukan.
Salah satu yang tampak di depan mata adalah perubahan sikap Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali yang semula mendukung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar tiba-tiba deklarasi dukung Prabowo Gibran. Sikap Muhdlor itu berubah usai rumahnya digeledah oleh KPK. Di Jawa Tengah, ada upaya Polda Jawa Tengah untuk memeriksa kepala desa di wilayah yang menjadi basis PDIP.
Di sisi lain, PDI Perjuangan (PDIP) akan membentuk tim khusus untuk mengumpulkan bukti-bukti kecurangan Pemilu 2024 yang dinilai terjadi sangat masif. Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto bahkan mengatakan telah menjalin komunikasi dengan kubu Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar mengenai hal ini.
Dia juga menyatakan pihaknya merasa terjadi kecurangan pemilu dari hulu ke hilir. Oleh sebab itu, PDIP bersama relawan dan partai politik pendukung pasangan calon nomor urut 3 Ganjar Pranowo - Mahfud MD akan mengumpulkan fakta-fakta lapangan.
"Kami akan mengusulkan kepada TPN Ganjar-Mahfud agar dibentuk suatu tim khusus," ujar Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Rabu (14/2/2024) malam.
Dia merasa pascareformasi, baru kali ini penyelenggaraan pemilu diwarnai gerakan protes masyarakat sipil dan guru besar dari berbagai perguruan tinggi. Dengan demikian, Hasto merasa ada persoalan legitimasi serius dalam penyelenggaraan Pemilu 2024.
"Para pakar berkaitan dengan demografi, kemudian juga investigasi forensik untuk melihat dari seluruh proses-proses yang ada, dan tim khusus ini tentu saja juga akan menampung dari pihak-pihak yang punya interest [ketertarikan] begitu besar di dalam menjaga demokrasi Indonesia," jelasnya.
Di sisi lain, kubu Prabowo memastikan ingin merangkul semua pihak. Prabowo bahkan telah menginstruksikan secara langsung kepada para pendukungnya untuk tetap menunggu real count KPU. “Kemenangan ini harus menjadi kemenangan seluruh rakyat Indonesia,“ tegas Prabowo.